26∆ Shopping

1.7K 184 12
                                    

Istirahat yang cukup, jangan kecapean. Ingat masih ada harapan yang belum terselesaikan!

~~~~~

“Jangan malu untuk mengatakan sesuatu, ingat waktu terus berjalan dan dia bisa jadi milik orang lain.”

~~~~~

NCT 127 – gimme gimme

~~~~~

Rasanya seperti mati rasa.

Kira-kira seperti itulah gerutuan Arlin. Bagaimana tidak, dirinya sudah duduk selama 3 jam lebih dan ditambah dengan beban di atas pahanya. Arlin menundukkan wajahnya melihat seseorang yang masih tertidur lelap di pangkuannya. Dia menyandarkan punggungnya malas dan menelpon Ardi. Walaupun masih di satu atap yang sama, perlu diketahui bahwa rumah ini begitu luas, sehingga tidak memungkinkan dia akan berteriak seperti orang gila.

“Assalamualaikum, iya ada apa Kak?”

“Waalaikumsalam, kamu kesini sekarang.”

Sedangkan Ardi disana mengangkat kedua alisnya bingung.

“Kemana?”

“Kemana lagi? Kakak masih di ruang tamu, cepat kesini.” Ucap Arlin dengan geram.

Yahh iya, iya”

Arlin tidak menjawab, dia mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru rumah. Kira-kira apa yang kurang dari rumah ini, rumah besar tidak ada isinya bagaikan taman tak berbunga.

“Ada apa Kak?”

Arlin mendongakkan kepalanya dan mengisyaratkan Ardi untuk mendekat.

“Kamu mandi, sholat, habis itu panasin mobil.” Titah Arlin.

“Kok adek?” Tanya Ardi dengan menunjuk dirinya sendiri. “Kenapa bukan abang?” Ardi menunjuk Alfin yang masih terlelap dengan dagunya.

“Memang Abang ikut?”

Ardi menghembuskan nafas lelah. “Ah iya iya.”

“Sholatnya nunggu Kakak sama Abang!” Ucap Arlin sedikit lantang.

“IYA….”

Arlin mengencangkan ikatan rambutnya yang sedikit renggang, dia kembali menunduk melihat Alfin. Baiklah, seperti dia harus membangunkannya.

Arlin menepuk pelan pipi tirus Alfin. “Kak bangun, sholat.”

Alfin melenguh pelan dan kembali tidur.

“Bangun Kak, sholat.”

Terdengar decakan pelan dari Alfin membuat Arlin geram sendiri. Alfin membuka matanya secara tiba-tiba yang membuat Arlin terjengkit kaget.

“Jam berapa?!”

“Setengah dua belas, ayo Kakak ikut belanja nggak?”

Alfin hanya diam, tidak lama setelah itu dia merubah posisinya menghadap perut Arlin dan kembali memeluknya erat membuat Arlin merotasi kan bola matanya malas.

“Ck ayo Kak, kalau nggak ikut yaudah sekarang Kakak sholat jadi imam buat aku sama adek.”
Setelah mengatakan itu Arlin berdiri secara tiba-tiba mengakibatkan Alfin terjatuh dari pangkuannya.

Arlin mulai mencecar Alfin dengan ibadah dan menjauhkan suaminya itu dari barang-barang tidak berguna lainnya. Sedikit demi sedikit Alfin mulai luluh dengan Arlin, terbukti seperti sekarang Alfin sudah menjalankan kewajibannya sebagai muslim.

l'm FineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang