33∆ Steadilly

1.7K 191 0
                                    

Assalamualikum semuanya. Stay healthy!

~~~~~~

"Setiap orang mempunyai cara yang berbeda untuk menyampaikan sebuah rasa. Dan kau sekarang sedang melakukannya."

~~~~~

BLACKPINK - Stay

~~~~~

Suara adzan bersahut-sahutan membangunkan Arlin. Dirinya begerak turun dari ranjang setelah melepaskan pelukan erat sang suami. Tidak normal caranya memeluk, dia memeluk Arlin dengan erat hingga membuat Arlin susah sendiri untuk mengambil nafas.

"Kak bangun, sholat," Ucap Arlin.

Butuh waktu hingga 5 menit hanya untuk membangunkan Alfin. Dan butuh waktu lebih dari 10 menit untuk menunggu Alfin mengumpulkan nyawanya.

Mereka sholat berjamaah dengan desakan Arlin untuk menyuruh Alfin menjadi imam. Laki-laki itu sebenarnya sudah tahu semua tata cara sholat yang benar beserta bacaanya, hanya saja dia malu untuk mengakui selama ini.

Arlin mengambil tangan Alfin dan mengecup punggung tangannya, bakti seorang istri kepada suami. Alfin tidak melepaskan tangan Arlin dan semakin mengencangkan genggamannya. Matanya menatap sayu Arlin. Seolah ingin mengutarakan sesuatu, Arlin menumpukan tangannya di atas tangan Alfin.

"Ada yang mau Kakak bicarakan?" Tanya Arlin.
Alfin hanya diam dan menggelengkan kepala membuat Arlin menghela nafas. Sepertinya memang dia yag harus memulai pembicaraan.

"Kakak mau cerita nggak kenapa baru mau sholat sekarang?" Melihat Alfin yang hanya diam membuat Arlin tidak enak hati, sepertinya dia salah bicara. "Kalau nggak bisa sekarang nggak papa," Ucap Arlin diiringi dengan melepaskan tangannya dari genggaman Alfin.

"Aku penjahat dan hina. Banyak dosa yang telah kuperbuat."

Melihat Alfin yang mulai berbicara membuat Arlin menyamankan duduknya dan mulai melepas mukenanya. Setelah Arlin melipat mukena ia menghadap Alfin. "Kenapa sekarang sholat?"
Alfin mendongak menatap wajah cantik yang berada di depannya. "Karena aku tidak mau kehilangan dirimu!"

Arlin mengerutkan dahi, hatinya tertawa melihat Alfin yang seperti anak kecil sedang interogasi. Lihatlah mata hitam itu yang selalu menatapnya curiga sekarang menatapnya dengan mendamba cinta.

"Dan aku tidak mau kehilangan Kakak." Beserta uang Kakak, Ucap Arlin dalam hati. Anak panti sudah mulai beranjak besar dan membutuhkan banyak dana, jika dia kehilangan Alfin menjadi satu masalah besar yang harus ditangani.

Mata Alfin berbinar, seketika kembali menatapnya datar. Atmosfer yang tadi hangat sekarang berubah kembali menjadi dingin.

"Kau bohong." Sarkas Alfin.

Arlin menggeleng tidak setuju. "Tidak, aku tidak berbohong."

"Kakak yang setahun lalu jatuh naik motor itu kan? Dekat halte."

Alfin mengingat kejadian itu, jadi selama ini ange-lnya tidak lupa?

"Bekas luka di kepala Kakak masih terlihat. Terlebih sejak dulu aku melihat motor bekas Kakak jatuh berada di gudang paling belakang. Bagaimana bisa aku melupankannya?" Tanya Arlin.

"Astofirullohallazim."

Tubuh Arlin condong ke belakang ketika tiba-tiba Alfin menariknya ke dalam pelukan yang terlewat erat. Lengan laki-laki itu melilit pinggang Arlin dan menenggelamkan kepalanya ke dalam leher Arlin. Rambut basah Alfin bekas air wudhu membuat Arlin kegelian. Arlin mengangkat kedua bola matanya merasakan sensasi yang random seperti ini.

l'm FineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang