14∆ The New World

1.4K 182 2
                                    

NCT U - Boss

“Berani mengambil resiko adalah langkah awal untuk membuatmu lebih dewasa.”

~~~~~

SAH.

Satu kata penuh makna yang mewakili segala perasaan seseorang. Kata sakral yang menggabungkan kedua pihak keluarga untuk menjalin sebuah hubungan baru. Kata yang digunakan untuk mempersatukan kedua cucu Adam dari perbuatan zina dan haram.

Tapi, apakah langkah ini benar? Bahkan kedua cucu Adam itu baru bertemu satu kali.

“Kamarku dimana?.”

Alfin berhenti sebentar, “atas, belok kiri.”

“Oh oke.”

Arlin mengangkat sebelah alisnya dan tanpa berpikir ia langsung mengiyakan perkataan Alfin yang sekarang sudah menjadi suaminya. Lihatlah bahkan sekarang dia sudah meninggalkan Arlin sendiri dengan sejuta pertanyaan.

Arlin menghembuskan nafas lelah, bisa-bisanya sang kakek dan sang nenek menjodohkan dirinya dengan pria dingin dan kaku sepertinya. Baiklah jika dia tidak ambil pusing, kenapa Arlin memikirkan manusia itu.

Dengan sisa tenaga yang ada, Arlin mengangkat kopernya menaiki anak tangga. Bisa dibilang rumah ini sangat luas, ada kolam renang, tempat gym, dan dapur yang bisa diilang mampu menampung orang satu RT.

Klek.

“Hem sesuai permintaan.” Arlin bergumam setelah melihat dekorasi kamar barunya.

Secara keseluruhan kamar ini bernuansa abu-abu hitam. Ya ini permintaan Arlin sendiri kepada ibu mertuanya. Dengan perasaan bingung, akhirnya kedua mertuanya menyetujui.
Memang keduanya diberi kamar yang berbeda agar tidak terjadi sesuatu yang tidak diinginkan. Ini semua keiinginan dari kedua orang tua, kedua orang tua hanya ingin menyatukan mereka. Soal keturunan, bisa dibicarakan baik-baik.

“Non suka?" Arlin terlunjak kaget, dia menoleh ke belakang untuk melihat siapa yang memanggilnya.

“Asstofirrullohallazim.” Arlin berucap dengan mengelus dada.

“Maaf non, jadi buat kaget.”

“Nggak papa, ibu siapa?” tanya Arlin dengan mencium punggung tangan wanita di depannya.
Dengan cepat dia menarik tangannya. “Jangan non.”

Arlin mengerutkan dahinya bingung.

“Kenapa?”

“Saya cuma pembantu non. Tidak pantas jika dia diperlakukan seperti ini.” Dia mengambil nafas sejenak, “perkenalkan, saya Suti kepala pelayan disini.”

Wanita itu menundukkan badannya 90 derajat diikuti Arlin. Karena sudah lama menunggu, akhirnya Arlin menenggakkan badannya dan tertawa sedikit.

“Aku manggil bibi aja boleh?”

“Jangan non, disini hanya boleh dipanggil pel-“ perkataanya diptong oleh Arlin.

“Disini saya majikan bibi. Terserah saya mau manggil apa.”

Suti terkesan dengan istri tuan mudanya. Pertemuan pertama saja sudah menunjukkan sisi pemimpin yang baik dan sopan.

“Ada yang bisa saya bantu non?” 

Arlin mengambil nafas sejenak. “Enggak usah bibi, ini Cuma satu koper. Insyaallah besok baru dikirim barang-barangnya.”

“Udah bibi istirahat aja, aku juga mau tidur. Selamat malam bibi.” Arlin mencium punggung tangan dan berlalu ke dalam kamar.

l'm FineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang