21∆ The Beginning

1.7K 196 0
                                    

Innalilahi buat Pesawat Sriwijaya SJ 182
Kalian sehat-sehat ya di rumah, jalan-jalannya di tunda dulu, jaga kesehatan.

~~~~~

Nct Dream - 7 Days

"Jangan bermain-main jika tidak ingin dipermainnkan."

~~~~~~

"Yaampun susah banget keluar dari sini."

Arlin menggerutu kesal ketika membuka pintu kamar. Dia pikir akan mudah keluar dari rumah ini, salah besar. Bahkan pria itu tidak membiarkan dia untuk keluar dari kamar. Di depannya sudah banyak bodyguard yang berjajar rapi dengan pandangan datar, sebenarya ini jam berapa?

"Ada yang bisa saya bantu Non?" tanya salah satu dari mereka kepada Arlin.

"Memang Tuan kalian tidak ada di rumah? Tumben om-om di depan kamarku, ada apa ini?" Arlin bertanya to the point.

"Tidak Non, apa yang Non butuhkan sekarang ini?"
Arlin mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru lantai dua, dimana pria egois itu?

"Ahh aku paham, ceritanya om mau jaga aku agar tidak keluar rumah? Dibayar berapa om?" Arlin melihat jam di layar ponselnya, "Om gak capek berdiri di sini dari semalam?"

Pertanyaan beruntun datang dari Arlin membuat lelaki berperawakan tinggi besar itu terdiam.
"Gini aja deh om, om ikut sama aku aja. Kerjanya enak cuma nunggu kafe, dan itupun nggak dua puluh empat jam kerja, dijamin pasti betah."

"Tidak terimakasih."

Arlin mengangkat kedua bahunya terserah. "Oh oke aku berangkat dulu ya om, Assalamuallaikum."
Baru beberapa langkah dia berjalan, seseorang menghadang jalannya dan memegang kedua pergelangan tangannya erat.

"Akhh oke oke, lepas dulu lepas."

Bodyguard itu melepaskan tangan Arlin dengan pandangan datar, sedangkan Arlin memandangnya tajam. Sangat kasar dan tanpa perasaan, tidakkah ini kasar terhadap perempuan?

"Om sekali aja, aku pengen ke kafe sebentar ada urusan. Kalau nggak ada urusan aku juga nggak ke kafe." Arlin berbalik dan memohon kepada bodyguard yang seperti ketua dari semua bodyguard disini.

"Maaf."

Setelah mengatakan itu, Arlin dengan cepat di dorong kembali masuk ke dalam kamar dan membuatya sedikit terjungkal ke belakang. Mereka kembali mengunci pintunya.

"Aishh susah kalau begini. Mana kasar lagi, nggak sopan!"

Arlin berjalan mondar-mandir mengelilingi kamar, bagaimana dia bisa keluar jika di depan kamarnya berjejer bodyguard yang siap melakkan apa saja? Bahkan mereka dengan tega medorongnya.

Ha how you like that

You gon like that that that that that

Arlin menghela nafas melihat siapa orang yang meneleponnya pagi ini, siapa lagi jika bukan manage kafe.

"Assalamuallaikum, iya mbak Dewi?"

"Waalaikumsallam bu, ibu ke kafe?"

"Kayaknya nggak deh mbak di rumah ada masalah kecil, mbak Dewi bisa urus semua kan?" Ucap Arlin dengan menggigiti kuku jarinya, kebiasaan dari kecil jika dia sedang panik.

"Ibu nggak papa? Sehat? Jangan sampai stres jaga kesehatan, ibu down saya juga ikutan down."

Arlin tersenyum menanggapi respon manager kafenya.

l'm FineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang