24∆ Jealous

1.8K 188 1
                                    

HEI KAMU IYA KAMU! IBADAHNYA JANGAN BOLONG BOLONG. INGAT KAMU BUKAN  SUNDER BOLONG!

~~~~~

TXT - Blue Hour

"Apa yang kau perbuat, itu juga yang akan kau terima."

~~~~~

Perfect.”

Arlin berucap senang ketika berhasil menempatkan kamera pengintai tepat di atas bulatan jam dinding. Dari sana posisi yang sangat tepat untuk mengetahui seisi penjuru kamar. Arlin merebahkan tubuhnya dan berdoa sebelum tidur, matanya terpejam dan memikirkan apa yang disembunyikan Alfin darinya.

“Kita lihat sampai mana kau memanipulasi diriku tuan.”

Tidak lama setelah Arlin tertidur, seseorang masuk ke dalam kamarnya dengan membawa 1 buah jarum suntik.

~~~~~

Suara adzan bersahut-sahutan membangunkan Arlin. Dia bangkit, berjalan menuju kamar mandi untuk mengambil wudhu dan menunaikan kewajibannya. Tidak butuh waktu lama bagi Arlin untuk sholat dan mandi. Rok panjang putih dan kaos lengan panjang hitam sudah melekat di tubuhnya.

Arlin mengikat rambutnya ke atas dan berjalan menuju jam dinding. Dia menggelengkan kepala melihat semua rekaman yang terjadi semalam. Ternyata benar dugaannya selama seminggu ini. Badannya pegal dan selalu merasa mengantuk semua ada penyebabnya.

“Kau sudah keterlaluan tuan Barack.” Gumam Arlin dengan tangan meremas kuat pinggiran jam dinding.

Arlin mengatur nafasnya mencoba meredakan amarah yang akan meluap. Ini semua bukan sepenuhnya salah Alfin, caranya saja yang salah. Arlin melangkahkan kakinya menuju dapur. Baiklah, dia harus bersikap normal seperti biasa walaupun raganya tersiksa.

“Assalamualaikum Bi,” Suti menoleh dan tersenyum.

“Waalaikmsalam Non.”

Seperti biasa, Arlin akan memasak dan Suti membersihkan debu-debu yang menempel di benda kesayangan tuannya.

“Non sehat kan?”

Arlin tersadar dari lamunannya, dan menoleh dengan pandangan bertanya kepada Suti. “Ada apa Bi?”

Suti menggeleng dan menggenggam tangan Arlin. “Nggak, bibi lihat Non tadi melamun. Ada masalah?”

“Nggak ada masalah Bi. Cuma kemarin itu, sekarang aku udah punya jawabannya. Nanti aku kasih tahu Bi.” Suti hanya mengangguk dan kembali melanjutkan pekerjaannya.

Masakan Arlin habis. Membuat Arlin sendiri cukup kaget.

“Tumben kakak makan masakan aku.”

Alfin melirik ke arah Arlin sebentar dengan mengangkat satu alisnya ke atas.

“Kau tidak ikhlas?!”

“Tidak. Hanya aneh saja.”

Alfin meminum susunya dengan sekali tegak, membuat Arlin menggelengkan kepala pelan. Setelah memakan sarapan dengan begitu banyak, dirinya masih minum susu? Otot-otot perut itu perlu dipertanyakan.

“Bibi sama mamang boleh pulang habis ini.”

Suti mengangkat kepala dan mengangguk sopan terhadap Alfin. “Terimakasih Den,”

“Hem. Aku berangkat.”

“Waalaikumsalam.”

Suti tersenyum mendengar jawaban Arlin. Nona mudanya memang beda. Selama ia menjadi pelayan di rumah Barack, hanya Arlin yang berani menantang Alfin dan menatap kedua bola matanya dengan berani.

l'm FineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang