2∆ Bestfriend

2.9K 296 7
                                    

BTS - Home

~~~~~~~~~

Suasana kelas XII IPA 1 begitu hening, bukan karena apa. Saat ini sedang berlangsung ulangan harian Bahasa Indonesia, kelas yang dikenal sebagai kelas terpintar di sekolah pun tidak berkutik dengan Bu Lastri. Guru paling galak dan guru paling cerewet, tidak ada satupun orang yang berani dengannya. Sesuka hati menentukan jadwal ulangan, dan melarang siapapun untuk menoleh waktu ulangan.

Seperti sekarang, Bu Lastri sedang berdiri di tengah tengah kelas dengan mata terus menelisik seluruh penjuru kelas.

"Sepuluh menit lagi."

Keringat bercucuran di dahi para siswa-siswi, bagaimana tidak? Soal 50 biji dan hanya diberikan waktu 30 menit untuk mengerjakan. Semua siswa menggerutu kesal, tidak terkecuali Chaca. Teman sekaligus sahabat Arlinda itu tidak berhenti menggerutu sejak dimulainya ulangan, Arlinda hanya menggelengkan kepala melihatnya.

"Baik, kumpulkan hasil ulangan. Seperti biasa diurutkan absen, dimulai dari absen terakhir."

****

"Gila tu Bu Lastri, masak baru masuk kelas udah ulangan aja. Dikira gue robot apa? Untung gue pinter."

Chaca menyeruput es teh manisnya dengan ganas, dan menyendok siomay dengan ukuran besar. Tidak perduli dengan tatapan adek kelasnya yang menatapnya aneh, sedangkan Arlinda duduk tenang dengan semangkuk bakso didepannya.

Suara seseorang mengalihkan perhatian mereka. "Kak Arlin." Arlin mendongakkan kepalanya untuk melihat siapa seseorang yang memangilnya.

"Duduk Den."

Denis Putra Irawan, cowok keturunan Jawa asli. Kulitnya sawo matang, hidung mancung dan memiliki lesung pipi di sebelah kiri. Ketua Rohis dan wakil ketua osis, rajin melaksanakan ibadah dan murah senyum.

Denis duduk di depan mereka, dan mulai membicarakan perkara bakti sosial salah satu perkampungan kumuh di Jakarta. Denis meminta pendapat kepada Arlin, karena ia selaku mantan Ketua Rohis tahun lalu.

"Persiapannya udah semua?" tanya Arlin.

"Sudah kak, tinggal nunggu surat dari kepolisian. Kakak ikut?"

"Pastilah gue ikut." Chaca menyahut dengan senang, bukan rahasia umum jika ia menyukai cowok di depannya ini.

Denis terkekeh senang, memang Chaca adalah cewek manis yang suka membantu orang. Tapi jangan lupakan tingkahnya yang tidak bisa diam, cewek keturunan china dengan kedua mata yang sipit itu suka sekali menjahili orang-orang yang mengusiknya.

"Hahahaha hayuklah, gaskeun. Mau aku jemput Kak?" Tanya Denis dengan mengedipkan sebelah matanya menggoda Chaca, dan beranjak pergi.

"Aaaaaaa, Arlin lo lihat tadi? Yaampun tu cowok bikin gue gila...." Chaca menepuk kedua pipinya gembira dan mengibaskan hijabnya.

"Stres." Arlinda mencibirnya dan kembali menikmati baksonya yang tinggal setengah.

"Biarin, eh lin ngomong-ngomong lo ikut anak-anak muncak gak?" tanya Chaca mengalihkan pembicaraan.

"Nggak kayaknya, ayah belum pulang."

"Lo nunggu adek lo ya? Yaampun Lin, dia udah gede masa nggak mau ditinggal?"

Arlinda menghela nafas, "bukan gitu, semenjak bunda gak ada dia jadi pendiem, ayah jarang pulang. Gue gak mau aja dia jadi uring-uringan kayak anak broken home. Kamu kan tau Ardi gimana orangnya."

Terkadang Chaca sedih sekaligus bangga dengan sahabatnya dari kecil ini. Di masa remajanya ia sudah diberikan amanat yang besar oleh sang pencipta, memang sejak Arlinda ditinggal ibunya dia menjadi pribadi yang lebih tertutup.

l'm FineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang