16
Hati-hati banyak typo guyssss. Jejaknya jangan lupa!
Red Velvet – Peek A Boo
“Jangan jadikan seseorang untuk alasan bertahan hidup, manja. Kau sudah dewasa, berpikirlah secara logis. Sungguh memalukan bukan jika kau yang di cap sebagai panutan tetapi tidak memliki rasa kemanusiaan?”
~~~~~
“Kalau mau bunuh diri jangan minum alkohol. Minum racun, terjun dari jembatan, atau apalah itu. Nggak asik banget meninggal karena belum makan waktu pesta alkohol.” Setelah mengatakan itu, Arlin berlalu meninggalkan kamar Alfin.
Sedangkan Alfin kembali meremas selimut menahan segala amarahnya. Jikalau Arlin bukan perempuan, sudah dipastikan dia akan beradu jotos dengannya.“Orang kok aneh.”
Sepanjang perjalanan turun ke bawah, Arlin tidak berhenti berbicara sendiri. Dia tidak habis pikir dengan neneknya. Bagaimana bisa dia menjodhkan cucu perempuan satu-satunya dengan laki-laki seperti Alfin?
“Bi supnya den Alfin udah jadi?”
Arlin menekankan penggunaan kata ‘den’ dengan sangat jelas membuat Suti tersenyum kaku.
Dengan tangan gemetar, Suti menyerahkan sup buatannya kepada Arlin. “Ini non, jangan buat den Alfin marah.”“Hah?” Arlin menaikkan kedua alisnya bingung, bukankah dia sudah berbuat sangat baik kepada Alfin?
“Ini maksudnya gimana ya bi? Aku udah baik lho sama kakak.”
“Bukan, maksudnya gini non. Aden suka marah-marah kalau keinginannya nggak terpenuhi, non harus sabar.” Suti menjelaskan dengan cukup rinci.
“Haha, lucu ya bi? Ini sebenarnya remaja delapan belas tahun atau balita delapan tahun?,” Arlin mengibaskan tangnnya untuk mengusir lalat yang hampir hinggap di mangkuk sup, “mungkin pemikiranku sudah dewasa, tapi perlu bibi ingat bahwa menjadi dewasa tidak harus selalu mengalah.”
Arlin pamit kepada Suti dan berjalan menaiki tangga, baru sampai anak tangga ke-2 suara benda pecah kembali terdengar, bahkan tidak berhenti. Arlin melirik kebelakang dan mendapati Suti dan Yatno yang sudah berdiri dibelakangnya dengan wajah panik.
“Mau kemana?”
Suti dan Yatno tidak menjawab, mereka terdiam tidak berani menatap netra majikannya yang baru ini.“A-aden non.”
“Mamang sama bibi disini aja dulu, biar aku masuk. Tunggu sampai sepuluh menit, kalau dalam waktu sepuluh menit suara benda pecah nggak berhenti, mamang dobrak aja pintunya, oke?”
Yatno mengangguk yakin, sedangkan Suti semakin was-was. Nona mudanya itu belum tahu sifat asli tuan mudanya, bisa saja ada pertumpahan darah disana. “Pak gimana tho, non Arlin kok nggak dicegah?”
“Jangan ikut campur, aden udah punya istri seharusnya dia juga sudah tahu apa yang benar dan salah.”
Setelah melihat Arlin memasuki kamar Alfin, Suti bergegas menarik tangan Yatno agar mengikutinya.
“Ayo pak, ayo.”
*****
Hal pertama yang dilihat di kamar ini adalah pecahan kaca dimana-mana, tirai yang sudah robek, sofa yang dia duduki tadi juga sudah terbalik. Dia tidak menyangka jika kamar yang baru ditinggalnya beberapa menit yang lalu sudah hancur seperti kapal pecah, jika boleh dia akan berfoto disini dan mengungahnya di Instagram, lumayan karena akan terlihat estetik.
Arlin melangkah perlahan, menghindari pecahan-pecahan kaca yang jika terkena sedikit saja akan menyayat kakinya. Arlin meletakkan nampan di atas nakas dengan sangat pelan, matanya menelisik mencari Alfin si pemilik kamar.
Netranya berhenti disudut kamar. Di sana, Alfin sedang berdiri menatap ke arahnya dengan tajam. Aliran darah semakin deras mengucur dari lengannya mengotori lantai, Arlin akan membuka mulutnya untuk berbicara.“Keluar.”
“Aku membawakan makanan untuk…..”
Alfin berjalan mendekat ke arah Arlin, dia berdiri tepat di depan Arlin dan menunduk membisikkan kata.“Keluar.” Kata Alfin berdesis di sebelah telinga Arlin.
Arlin memejamkan matanya, dia tahan dengan aroma anyir ini. Dengan perlahan, Arlin mundur 2 langkah ke belakang.
“Makanlah bi…”
Kata-kata Arlin kembali dipotong oleh teriakan Alfin.
“KELUAR!”
“Biarkan aku berbicara terlebih dahulu. Makanlah, tenang bukan aku yang membuatnya. Aku tidak ingin menjadi janda muda karena suamiku meninggal sebab kelaparan.”
Arlin berjalan keluar kamar. Dia tidak habis pikir dengan orang seperti Alfin, apakah dia tidak mempunyai belas kasian?
“Udah bi masuk aja. Telingaku sakit banget sumpah.”
Arlin menggelengkan kepalanya merasakan telingannya yang berdenyut-denyut.
“Non nggak papa?” tanya Suti dengan harap-harap cemas.
“Aduh udah nggak papa, udah yang penting sekarang bibi sama mamang urusin aden Alfin dulu. Lengannya luka lagi, aden nggak mau di pegang sama aku.”
Arlin tersenyum simpul dan pergi meninggalkan kedua pasangan suami istri tersebut. Dia menggelengkan kepalanya sendiri mengingat apa yang dia katakan. Dia memanggil rang kaku itu aden?
“Haha bagus juga, boleh dicoba.”
Oke mulai detik ini Arlin akan memanggil Alfin dengan sebutan aden.
.
.
.Assalamualaikum semua.
Yaampun sumpah ini materi udah mentok banget. Up selanjutnya janji deh bakal lebih banyak!!!! Waiting guys!!!13 November 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
l'm Fine
ChickLitKisah Arlinda Putri Bagaskara yang hidup bersama laki-laki gila. Kehidupan yang sebelumnya sudah susah semakin susah karena laki-laki itu. Semua karena neneknya yang menjodohkannya dengan anak pengusaha kaya. Ambisi untuk meneruskan kebiasaan turu...