29∆ Prejudice

1.6K 182 18
                                    

Selamat makan, eh salah, maksudnya selamat membaca.

~~~~~

WayV – Kick Back

~~~~~

“Menggantungkan hidup kepada orang tua bukanlah satu-satunya jalan, tapi membahagiakan orang tua bisa dengan berbagai jalan.”

~~~~~

Benar kata pepatah. Uang bukan segalanya, tapi segalanya butuh uang.

Arlin memijat kepalanya pelan ketika melihat tagihan rumah sakit. Bagaimana bisa semahal ini? Matanya menatap pelayan administrasi dan tagihan secara bergantian. Pasti ada yang salah disini.

“Mbak?”

“Iya.”

Arlin sebisa mungkin menahan senyumnya. “Mbak ini tagihannya benar atas nama Alfin Daniel Barack?”

“Benar mbak. Di atas ini ada nama Alfin Daniel Barack, ada yang penulisannya?”

Arlin menggeleng samar dan mengeluarkan kartu yang diberikan Alfin kepadanya. Maksud hati ingin membayar dengan uangnya agar tidak bergantung kepada Alfin sekarang yang ada dirinya terlihat memalukan.

“Mbak ini kaya, masak uang sedikit ini berharga?”

Arlin menjatuhkan rahangnya tidak percaya, dia bilang  sedikit? “Uang lima ribu hilang saja saya cari sampai ketemu mbak, lumayan bisa buat beli tempe buat lauk.”

Setelah membayar, Arlin menyeret kakinya dengan malas menuju mobil dimana Alfin sudah menunggunya. Dirinya duduk dengan malas di samping Alfin.

“Ah sudahlah.” Gumam Arlin.

“Ada apa?” Alfin bertanya setelah mobil melaju beberapa meter meninggalkan area rumah sakit.
Arlin menggelengkan kepalanya sebagai jawaban dan tidak lama setelah itu dia menyandarkan punggungnya ke sandaran tempat duduk. Bagaimana dengan kafenya?! Sungguh sudah seminggu ini dia tidak mampir, jangankan mampir tanya kepada asistennya saja tidak.

“Bangunkan aku jika sudah sampai.”

Arlin dikejutkan dengan tindakan Alfin, lagi dan lagi suaminya itu membuatnya kaget. Dengan seenak hati dirinya meletakkan kepala di pahanya, hijabnya yang menjuntai ke bawah ia gunakan untuk menutup wajah tampannya.

Ting

Halmeoni

Don’t forget about the event next week!

“Asstofirullohallazim.”

Sepertinya dirinya memang tidak boleh melewatkan acara keluarga ini. Jika neneknya sudah menggunakan tanda baca, sudah dipastikan akan ada rapat keluarga. Siapa lagi sekarang yang akan menjadi korban?
Alfin tidak menghiraukan Arlin. Dirinya memejamkan mata mencoba tidur dengan tenang, jujur kepalanya masih merasa pening. Sedangkan Arlin menyenderkan kepalanya ke belakang dengan sebelah tangan menutupi mata. Kepalanya juga ikut pusing.

“Turun Kak.” Arlin mendorong kepala Alfin dari pahanya dengan sedikit dorongan.

Alfin menurut dan turun dari mobil meninggalkan Arlin. Kakinya melangkah lebar memasuki rumah besarnya dengan cepat.

“Makasih Mas.”

Setelah mengucapkan terimakasih kepada supirnya, Arlin berjalan memasuki rumah mengikuti Alfin. Baiklah, dirinya akan berkemas mulai dari sekarang.

l'm FineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang