28∆ A Small Problem

1.7K 193 4
                                    

Stay Healthy semuaaaaaa, ingat KORONA MERESAHKAN!

Ada typo langsung koreksi ya guys 👌

~~~~~

“Seleranya tinggi, tapi sayang tidak sadar diri.”

~~~~~

WayV – Moon Walk

~~~~~

“Kau tidak seburuk yang aku pikirkan.”

Arlin menolehkan kepalanya ke samping terhadap Rendy, dirinya memutar bola mata malas mendengar ucapan sahabat suaminya ini.

“Ternyata sifat mu tidak jauh berbeda dengan sahabatmu.”

Rendy menaikkan satu alisnya bingung. “Sifat apa?”

“Apalagi jika bukan sifat egois, dan kejam?” Rendy hanya diam.

Arlin melirik sahabat Alfin yang tercecer di dalam ruangan. Dirinya sudah berkenalan dengan semua sahabat suaminya, hanya saja masih canggung. Beda halnya dengan Ardi, bahkan Ardi sekarang sedang bercanda gurau dengan laki-laki sipit yang dihajarnya dulu, siapa lagi jika bukan Chiko. Arya dan Raka bermain game online, sedangkan dirinya dan Rendy duduk bersebelahan dengan jarak yang cukup jauh. Dimana Bagus? Tenang dirinya sedang ber-selfie ria dengan Alfin yang sedang tertidur karena pengaruh obat, Bagus kata sebagai kenang-kenangan.

“Mbok kapakne wong-wongan ndek ingi?” Tanya Arlin kepada Bagus.

Apa yang kamu lakukan terhadap orang kemarin?

Bagus menolehkan kepalanya cepat ke arah Arlin, sejak kapan perempuan ini bisa berbahasa Jawa?

“Cantik kamu orang Jawa, Jawanya mana?” Tanya Bagus heboh.

“Nggak, cuma paham aja. Jangan mengalihkan pembicaraan.”

Bagus menggaruk kepalanya yang tidak gatal, dia mencubit paha Rendy untuk menolongnya. Rendy hanya mengangkat bahunya ke atas dan kembali fokus ke ponselnya.

“Emh tanya Bos aja ya, biar lebih paham.”

Arlin menghembuskan nafas pelan kemudian menganggukkan kepalanya.

“Cantik cantik, Bos bangun tuh.” Bagus menepuk lengannya berkali-kali hingga membuat merasakan kesakitan.

Tanpa berkata, Arlin bangkit dan mengelus kepala Arlin. Dirinya mengambil gelas di atas nakas dan menyodorkannya ke Alfin. Rendy bangkit dan berdiri di samping ranjang Alfin, kepalanya menunduk menghindari tatapan datar Alfin.

“Duduk saja.” Ucap Arlin kepada Rendy.
Rendy tidak bergeming dan tetap berdiri membuat Arlin menggelengkan kepalanya heran.

“Iya kan Kak?” Arlin meremas tangan Alfin yang berada di bawah selimut. Seolah terhipnotis, Alfin menganggukkan kepalanya kepada Rendy, barulah Rendy duduk kembali di samping Bagus.

Mereka kembali bersenda gurau seperti sebelumnya, semua orang bahagia, tidak terkecuali Alfin di dalam hatinya dia merasa bahagia walaupun wajah datar masih setia sebagai identitas aslinya.

“Permisi.”

Semua mata mengalihkan pandangan ke arah pintu kamar, disana berdiri perawat cantik dengan pakaian ketatnya. Dari mereka berjalan, semua mata melihatnya. Arlin tersenyum menanggapi.

“Iya Suster, waktunya pengecekan?” Tanya Arlin.
Perawat itu mengangguk dan mendekati ranjang Alfin. Mulai dari memegang kepala, infus bahkan melipat baju pasien yang Alfin kenakan.

l'm FineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang