ㅡ marriage with benefits, doyoung [part 3]

3.7K 970 181
                                    

Dug dug dug dug

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dug dug dug dug

Dia berdebar juga?

Aku menelan ludah.

Apa tanpa sadar kami sudah melanggar kontrak Marriage With Benefit yang kami buat sendiri?

*****
















"Lebih merapat, nahㅡ coba tangannya diangkat agak ke atas sedikit lagi biar cincinnya kelihatan? Okeㅡ tahan."

Aba-aba pengarah gaya fotografer pengantin sudah aku dan Doyoung dengar selama setengah jam. Kami tersenyum lebar menghadap kamera, mengikuti semua arahan untuk ber-pose intim sepantasnya pengantin baru. Ternyata bergini rasanya jadi istri orang? Wellㅡ harus kuakui, rasanya sangat aneh. Seperti tiba-tiba jadi sandal. Harus jadi sepasang selamanya.

Yahㅡ walaupun subuh tadi aku sempat merusak suasanan, sampai Doyoung menawarkan untuk membatalkan pernikahan ini, akhirnya kami tetap ada di sini sekarang; pelaminan. Aku sadar kami sudah berbohong terlalu jauh. Tidak akan ada gunanya merasa bersalah sekarang.

Dan yang paling penting, aku berhak bahagia.

Begitu juga Doyoung. Kebahagiaan kami ada di tangan satu sama lain, hanya bisa tercapai kalau kami bergandengan.

Tidak ada salahnya sesekali egois. Kami lebih suka menikah dengan orang yang jelas berkomitmen untuk hanya hidup bersama tanpa tanggung jawab pasangan suami istri daripada harus menikah secara terpaksa dan tertekan menjalani kehidupan pernikahan. We choose freedom.

"Nahㅡ okeㅡ udah selesai. Istirahat dulu, nanti sesi selanjutnya pengantin foto sama para undangan ya," pria bertopi yang jadi fotografer kami mengacungkan jempolnya.

"Oke. Thanks, semuanya," Doyoung tersenyum lebar, ikut mengacungkan jempol.

Semua staf foto sekali lagi mengucapkan selamat pada kami. Lalu dengan teratur mereka turun dari pelaminan. Hanya tinggal kami berdua, di ujung depan ballroom hotel yang dihias super megah ini. Orang-orang masih sibuk di bagian makanan dan kursi untuk tamu yang berjajar rapi dilapisi kain satin.

"You okay?" tanya Doyoung saat menoleh padaku.

Aku menguap. "Ngantuk. Dan kepalaku pusing nih, sanggulnya kenceng banget," tanganku memegangi kepala.

"Itu berarti kita butuh kopi. Ayo ke kantorku."

"Eh? Eh- tapi-!"

Doyoung tidak peduli, dia menarik lenganku, memaksa aku berjalan sedikit terseok-seok karena gaun pengantin yang panjang dan sepatu hak tinggi. Kami menyelinap diam-diam keluar dari ballroom, menuju lift khusus yang terhubung langsung dengan kantor CEO. Ya, dia terlalu kaya dan malas untuk lewat lift biasa ㅡjadi merancang lift untuk dirinya sendiri.

Sweet RendezvousTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang