"KINA! YUKINA! KAMU DI MANA? DASAR ANAK DURHAKA!"Pip
Kujauhkan ponsel dari telinga, masih dengan mata terpejam sambil meringis. Suara ibuku ternyata punya potensi merusak kuping. Kartu SIM kucabut dari ponsel sesegera mungkin. Fiuhㅡ akhirnya sementara aman.
Hai, namaku Yoo Kina. Baru delapan belas tahun. Sebenarnya keluargaku keturunan Jepang yang lahir di Korea, jadi di keluarga kami namaju biasa disebut Yukina. Teman-temanku memanggilku Yuki, soalnya Kina kedengaran aneh menurut mereka. Padahal aneh apanya?
"Rekomendasi tempat untuk kabur dari rumah," gumamku sambil mengetik di search bar google. "Eh? Apa-apaan? Hasilnya nggak ada yang nyambung?"
Aku menghela napas, menyedot lagi bubble tea yang tinggal setengah lagi di gelasku. Sambil menggembungkan pipi aku menatap orang-orang yang beralu lalang di depan pintu masuk stasiun. Ahㅡ aku lupa belum memberi tahu kalian; aku sedang kabur dari rumah. Dan sekarang aku bingung harus kabur ke mana.
Aksi kaburku ini bukan tanpa alasan. Jangan tertawa, oke? Aku kabur karena takut dijodohkan. Maksudkuㅡ yang benar saja, aku masih kecil! Pernikahan masih terdengar sangat mengerikan untukku. Pacaran saja aku belum pernah, lalu sekarang tiba-tiba disuruh menikah?
Aku takut.
Demi Tuhan, aku takut sekali.
Rasa takutnya jauh lebih besar daripada ketakutan pada dunia luar.
"Ah masa bodoh, ke Busan aja," lagi-lagi aku bicara sendiri.
Bukannya terinspirasi dari salah satu film paling keren di negara ini, Train to Busan maksudku, tapi kereta yang paling dekat jam keberangkatannya memang kereta cepat ke Busan. Aku menyandang ransel menuju loket tiket tanpa ragu-ragu lagi. Harus pergi sebelum orang tuaku tahu aku ada di sini.
Kereta sudah berangkat dari Seoul, karena aku naik di stasiun Gwangmyeong jadi harus tunggu sebentar. Rencananya aku mau kabur maksimal seminggu. Tabunganku tidak begitu banyak. Kalau orang-orang sudah sadar kalau perjodohan itu mengerikan, baru aku akan pulang ke rumah.
"Perhatian kepada calon penumpang kereta cepat Seoul-Busan, harap mempersiapkan diri. Dimohon antre dengan tertib sebelum dan saat masuk ke dalam kereta api. Jaga barang bawaan anda, jangan sampai tertinggal atau tertukar. Terima kasih atas perhatiannya, semoga perjalanan anda menyenangkan."
Nah, keretaku sudah datang. Aku merasa seperti anak anjing yang tersesat di antara orang-orang yang antre. Mereka semua mendadak tampak seperti raksasa dari perspektif-ku. Ini pertama kali aku bepergian sendiri. Gugupnya, huft.
"Ahㅡ akhirnya," aku bergumam lega saat sudah duduk di kursi yang kupesan.
Gerbong ini termasuk sepi. Kebanyakan hanya duduk sendiri-sendiri. Ini juga pertama kalinya aku naik kereta Seoul-Busan. Tidak akan ada yang berubah jadi zombie kan? Masa bodoh lah, aku mau tidur saja. Kalau aku jadi zombie juga mau pasrah saja. Ternyata kabur dari rumah itu melelahkan. Kalau tidak terlalu penting, jangan kabur dari rumah ya, percayalah.
*****
"Hey, kamu, jaket pink!"
Apa seseorang memanggilku? Kulepas headphone dari telinga sebelum menoleh pada orang yang mengguncang pundakku dari samping. Dia ibu-ibu yang tadi duduk di seberangku. Wajahnya panik dan ketakutan, titik-titik keringat membuat foundation-nya agak luntur. Ada apa?
"Ya?" tanyaku.
"A-ada zombie! Ada zombie di gerbong sebelah!" dia memekik tertahan.
Mataku terbeliak seiring dengan jantung yang rasanya jatuh ke dasar bumi. Apa? Zombie? Aku tidak salah dengar? Aku celingukan. Ini masih di kereta, gerbong yang sama saat aku naik tadi lalu tidur sebentar. Ya Tuhan- aku tidak serius saat bilang masa bodoh kalau ada zombie sungguhan!