ㅡ marriage with benefits, doyoung [END]

4.1K 1K 479
                                    

Last chapter!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Last chapter!

As you know, short stories di buku ini ada kemungkinan bakal dibuat full size story(?) hahaha

So if you like it,
don't forget to support this story by give your

follow
+
vote
+
comment
+
share

Thank you!

©pinkishdelight
@pinkishbooks on Instagram
@pinkishdelight on twitter

*****











Pernah tidak sih kalian berharap kalau norma sosial tentang pernikahan di dunia ini sedikit dilonggarkan?

Maksudku ㅡkenapa menikah seolah menjadi sesuatu yang mutlak harus dilakukan oleh seseorang dalam rentang usia tertentu demi dianggap 'normal' atau 'wajar' oleh orang-orang?

Ini menyedihkan, menurutku. Aku tidak penah menghakimi siapa pun. Aku tidak suka melakukan itu karena tidak ada untungnya juga untukku. Menurutku menikah memang kebutuhan makhluk hidup, tapi setiap orang berhak mau memilih saat yang tepat untuk melakukannya. Biar terjadi secara naturan, tidak perlu dipaksa.

Well, sulit untuk jadi cukup berani mengungkapkan pendapat semacam itu. Kebanyakan orang mencibirku dan malah mengataiku tidak laku. Seolah-olah aku tidak berhak menentukan jalan hidupku sendiri. Gila kan? Ya, dunia memang gila dan penuh orang brengsek. Sepertinya sebentar lagi mau kiamat.

Tapi diantara orang-orang yang suka menghakimi itu, aku menemukan Doyoung. Secara tidak sengaja saat aku mau melompat dari hotel miliknya. Kami ternyata punya visi yang sama dalam memandang dunia. Dalam takdir yang normal, visi yang sama biasanya berujung pada pernikahan. Kami juga, tapi hanya pernikahan palsu demi memperpanjang kebebasan hidup tanpa gangguan.

Benar, hubunganku dan Doyoung cuma sebatas perjanjian. Saling menghormati dan berteman, tanpa hak atau kewajiban pernikahan. Akan begitu selamanya. Baik aku atau dia tidak boleh melanggar perjanjian itu. Ohㅡ kami bahkan sudah menandatangani kontrak secara digital.

Jadi.

Tadi Doyoung pasti cuma memijat kakiku cuma karena dia ingin mengamalkan ilmu pijat refleksi yang dia punya.

Dia menggendongku dari lantai atas sampai ballrom cuma karena kasihan.

Dan dia berdebar karena.... karena dia manusia!

Astaga- apa sih yang kupikirkan??




"Lucky girl."

Lamunanku buyar saat salah satu tamuku berujar, teman sesama blogger. Aku kembali memasang senyum ramah dan menatap mereka lagi.

Sweet RendezvousTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang