"Arcana intellego, sember occultus.
Menyelidiki hal rahasia, selalu secara rahasia."*****
"Han Byul?"
"Ya?"
"Paket nih! Belanja online terus, kapan mau kaya coba?"
Aku hanya tertawa garing menanggapi gurauan teman sedivisiku. Tapi kemudian justru kerutan yang muncul di dahiku saat sadar satu hal; aku kan tidak beli apa-apa?
Ya, saat paket dengan kemasan hitam itu sampai di tanganku, aku ingat persis semua belanjaan online-ku sudah datang. Seingatku aku belum beli apa-apa lagi karena belum ada yang kubutuhkan. Paket nyasar? Tidak. Ada namaku tertera di sana berikut alamat yang tepat.
"Dari siapa sih?" gumamku sambil membolak-balik kotak itu untuk mencari nama pengirimnya. Percuma, tidak ada petunjuk apa-apa.
Paket ini sangat ringan, seperti kosong. Aku bisa saja curiga isinya bom tapi tidak mungkin juga, jadi tanpa pikir panjang lagi aku merobek kertas pembungkusnya. Kotak kecil di dalamnya tampak tidak menarik, langsung kubuka juga.
Isinya... secarik kertas?
"Jangan liputan ke Itaewon hari ini," aku membaca tulisan di kertas itu.
Apa?
Jangan liputan ke Itaewon hari ini?
Itaewon memang tempat aku akan berkerja seharian ini ㅡdan mungkin besok. Tapi... siapa yang mengirim paket ini dan melarangku bekerja? Dan lagi, dari mana dia tahu nama dan alamatku se-detail ini?
Pesan singkat ini ditulis tangan, tampak tergesa. Sepertinya aku pernah melihat tulisan tangan ini tapi... di mana? Atau jangan-jangan cuma perasaanku saja? Ayo Byul, berpikir dan mengingat.
"Byul? Lagi ngapain sih? Ayo briefing, sebentar lagi kita harus berangkat nih!"
Mendengar namaku dipanggil, buru-buru kusembunyikan kertas dari paket yang baru kuterima itu. Tidak ada yang boleh melihat kiriman misterius ini. Kalau teman-temanku tahu, mereka bisa panik atau semacamnya padahal siapa tahu ini cuma prank. Aku meremas kertas sambil memasang fake smile.
"Anuㅡ tadi ibuku telepon, udah selesai kok. Duluan aja, nanti aku nyusul," ujarku.
"Oke. Jangan lama ya. Kita harus on time," sahut rekanku, mengetuk arlojinya untuk menekankan pernyataan barusan.