ㅡ💮💮💮💮 Mortician [part 4 | END]

10.4K 2K 188
                                    

Can I reclaim every thing that should be mine?

*****











"Apa? Siaran langsung?!"

"Iya. Ide bagus kan?"

Aku ada di antara Tamra yang dengan bersemangat memberitahu kami rencananya, dan Zhong Chenle yang mengeryitkan dahi saking kagetnya. Kami bertiga masih di bilik bersekat gorden, ruang rawat inap kelas tiga rumah sakit pusat Seoul. Rona di kedua pipi Chenle sudah kembali, dia sudah tampak pulih total dari racun yang ada dalam tubuhnya.

"Tam... apa itu nggak bahaya?" kuutarakan pendapatku.

"Nggak sama sekali, bocah-bocah. Chenle, kalau kamu setuju tampil live di TV buat membongkar kejadian yang sebenarnya, aku punya teman hacker yang bisa sabotase hampir semua gelombang siaran TV di kota ini," jelas Tamra.

"T-tapi... kenapa harus TV?" Chenle terbata.

"Banyak alasannya. Pertama, bisnis keluargamu lumayan terkenal kan? Kedua, kita nggak bisa percaya polisi. Kamu bahkan belum dua puluh tahunㅡ dan bisa aja paman tiri kamu main kotor sama kepolisian," Tamra berkata dalam suara rendah saking takutnya ada yang dengar. "Harapan kita satu-satunya cuma publik. Kalau kamu membongkar semuanya dalam siaran langsung, pasti seluruh kota gempar dan otomatis mengawal kasus ini."

"Wow... aku nggak berpikir sejauh itu," ujar Chenle.

"Nggak perlu, makanya biar aku yang berpikir," sahut Tamra. "Kamu cuma harus setuju, please. Aku dan Cherry cuma orang biasa, nggak akan bisa melindungi kamu selamanya."

Chenle tertegun. Kurasa dia juga sadar kalau kami bertiga bisa terlibat bahaya begitu pamannya yang jahat tahu dirinya masih hidup. Bohong kalau aku tidak takut diculik lalu dibunuh. Lagipula, Chenle sudah terlalu banyak menderita. Aku masih sedih setiap ingat orang tua dan kakaknya sudah meninggal.

"Kalau aku bersedia, kalian aman kan?" tanya Chenle, menatap kami bergantian.

"Aman banget. Yang muncul di TV kan cuma kamu. Semua orang aman, kita juga sekarang ada di tempat umum," Tamra meyakinkan Chenle.

Setelah menghela napas, Chenle mengangguk kemudian tersenyum tipis. Dia menatap kami dengan yakin. Kedua tangannya terlepal erat.

"Oke, aku setuju. Jadi kapan siarannya?" ucap Chenle.

Tamra menjentikkan jari. "Bagus! Sekarang jam dua siang ya? Paling bagus tayang prime time, jam tujuh malam."

Sweet RendezvousTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang