Author's note:
Sebelumnya maaf langsung loncat ke Mark, cerita sebelumnya tetep lanjut kok besok. Emang aku nulisnya ngacak dan yang Taeyong belum kelar diedit hehe
Enjoy and happy birthday Mark Lee!
*****
Memangnya enak jadi orang kaya?
Ya enak lah!
Aku terlahir kaya.
Sejak kecil aku belum pernah merasakan hidup susah secara finansial. Enaknya jadi orang kaya memang sebagian besar masalahmu bisa selesai dengan kekuatan uang. Tapi bukan berarti hidupku semulus itu. Semua orang punya masalah, orang kaya juga tidak lepas dari masalah.
Hidup dengan banyak uang membuatku selalu bisa membeli apa yang aku inginkan, bepergian ke mana saja, bahkan punya beberapa rumah sebelum usiaku menginjak 25. Eit, tapi jangan salah, tanggung jawab yang dibebankan padaku juga besar. Aku harus belajar mandiri dan kuat supaya kekayaan ini tetap terjaga. Kalau malas-malasan dan bodoh, harta tidak akan bertahan lama.
Bodyguard dan asisten, dulu aku punya banyak. Tapi seperti yang kubilang tadi, aku ingin mandiri. Jadi, sebisa mungkin aku tidak minta bantuan mereka kecuali sangat butuh. Aku selalu tampil kuat, angkuh, dan elegan di depan semua orang.
Yah. Semua, kecuali......
"Permisiiii! Ada pakeeeet!"
Nah, makhluk itu berteriak di depan pintu rumahku. Suaranya yang menyebalkan ㅡdan cara bertamu macam apa itu? Pagi-pagi begini? Yang benar saja, Mark Lee.
"Pakeeeeet!!" teriaknya lagi.
"Iya berisik astaga!" gerutuku sambil membuka selot pintu.
Mark nyengir lebar di depan pintu rumahku. "Paket cinta. Hehehehe."
"Ew," aku rolling eyes.
Butㅡ wait. Dia tidak sendiri. Ada yang sembunyi di belakang kaki Mark. Astagaㅡ itu kan si monster kecil. Jangan bilang...
"Daniel, kamu katanya kangen sama tante Pororo?" kata Mark sambil menggeser keponakannya ke depanku.
"Ish, jangan panggil aku Pororo di depan siapa pun!" gerutuku.
"Yeee ngambek. Ngaca dong, celana tidur pororo, sandal pororo, tapi disebut Pororo nggak mau?" kilah Mark sambil mencubit pipiku.
Lee Daniel, keponakan Mark Lee, menghampiriku dan memeluk kedua kakiku sambil tersenyum lebar. Mark sudah sering membawa makhluk ini ke rumahku. Menggemaskan sekali anak usia tiga tahun ini, tapi kelakuannya kadang mengalahkan monster. Aku mengelus kepalanya.