Winwin itu lucu. Ya, lagi-lagi setidaknya untuk Ava.
Coba tebak apa yang cowok itu minta sebagai ganti membantu Ava berhenti fangirling? Membantu dirinya berhenti kecanduan homescapes. Konyol kan? Ava tidak pernah mengerti apa serunya game itu sampai membuat Winwin pernah opname akibat kurang tidur dan terlalu banyak main ponsel.
Hal semacam itu tentanf Winwin jarang ada yang tahu. Karena menurut anak itu buat apa juga orang-orang tahu? Lebih sedikit yang tahu tentang seluk beluk kehidupan kita, lebih baik. Ava ingat betul Winwin pernah bilang begitu saat Ava menangis seharian gara-gara uang arisan fangirl-nya dijambret orang.
"Makanya jangan dikit-dikit update di sosmed, dapet arisan aja update. Sukurin, nggak jadi nonton konser," ledek Winwin.
"Nggak usah dibahas lagi bisa nggak sih," Ava menanggapi dengan sebal.
Sambil menumpuk album kpop milik Ava, Winwin tertawa. Salah satu strategi Ava untuk lepas dari belenggu Korea-Koreaan ini adalah menjual semua albumnya. Tadinya mau dibagikan cuma-cuma, tapi gara-gara dijambret jadi dia butuh uang untuk menonton konser Wav-Y terakhir sebelum pensiun jadi fangirl.
"Ini jadi dijual semua Va?" Winwin menunjuk tiga kardus besar album dan segala macam benda yang Ava sebut 'kertas ganteng'.
"Jadi lah, nggak ada salahnya usaha," ujar Ava.
"Nggak sayang?"
"Ya sayang, tapi buat apa juga nanti?"
"Buat kenang-kenangan," Winwin memungut salah satu album. "Lagian, emang ada yang mau beli ginian?"
"Ishㅡ Win ah! Nggak bisa banget ya bikin orang optimis???" sungut Ava.
Winwin nyengir. "Sorry hehehehe. Ya udah, semoga laku ya kertas gantengnya. Kalo nggak kumpul duit buat nonton konser, berarti itu azab dan pertanda harus segera ngelarin skripsi."
"Halah sok tau, kayak skripsi kamu udah kelar aja," cibir Ava. "Udah deh, bantuin foto albumnya satu-satu. Jangan banyak ngomong, dan awas aja kalo main homescapes sebelum kelar!"
"Iya Avanaaaa," Winwin menarik tali hoodie Ava, sengaja supaya muka cewek itu tenggelam dalam hoodie.
"Winㅡ ih, kebiasaan! Ava bilangin ibu loh!"
"Bilangin aja sana. Kayak ibu bakal peduli aja," sahut Winwin disusul tawa kemenangannya.
Daripada buang-buang waktu, Ava tidak melanjutkan perdebatan lagi. Dia membiarkan Winwin serius memotret satu per-satu albumnya dengan sabar. Jujur, Ava sadar ini perbudakan terselubung. Dalam hati dia sudah berniat akan membuatkan teh herbal untuk Winwin kalau mereka sudah selesai dengan album-album dan berbagai kertas ganteng ini.
"Ini senter nggak sekalian dijual aja?" tanya Winwin.
Ava menoleh, ternyata yang Winwin sebut senter adalah lightstick Wav-Y kesayangannya.
"Jangan dulu. Siapa tau kan nanti jadi nonton konsernya," kata Ava.
"Emang nonton konser Korea harus bawa senter?"
"Lightstick, Winwiiin, bukan senter. Norak deh," kelakar Ava. "Nggak harus sebenernya, cuma kayak fangirl goals aja gitu bisa nonton konser bawa lightstick."
Winwin mengangguk-angguk. "Oooh... seru juga ya. Nggak usah dijual Va, lumayan buat kalo mati lampu."
"Jangan dong, ntar rusak," Ava memeluk lightstick-nya. "Eh, udah semua?"
"Udah. Kamu udah?"
"Udah," jawab Ava. "Makasih udah bantu. Mau jus nggak? Atau nanas? Semangka?"