ㅡ💮💮💮💮 0330 [part 4|END]

9K 2.1K 221
                                    

Aku tidak pernah mengira kalau Hana sangat serius saat bilang sebaiknya kami menganggap semua pertemuan ini tidak pernah ada. Entah apa yang dia sembunyikan, belum sempat aku membujuknya supaya memberi tahuku, Hana sudah absen lagi.

Satu minggu berlalu. Dia belum muncul juga.

"Apa? Hana? Dia emang aneh, kayaknya nggak suka bergaul sama orang deh," komentar salah satu teman sekelas Hana saat kutanya.

"Ngapain cari cewek itu? Dia kan udah sering bolos. Udah biasa," kata yang lain.

"Hm... anehnya, dia nggak dikeluarin dari sekolah? Padahal pernah nggak sekolah sekitar sebulan," lainnya lagi menimpali.

"Nggak usah cari tau deh, nggak penting juga."

Tidak penting menurut kalian, mungkin. Tapi penting bagiku.

Dengan kecewa aku menyeret langkah ke kelasku sendiri. Kembali ke bangku ini lagi, tempat aku biasa diam mengamati kebisingan kelas. Kepalaku pusing memikirkan berbagai kemungkinan tentang Hana. Dia sangat pintar menyembunyikan rahasianya, sampai semua orang tidak tahu. Haruskah aku tanya pada guru?

Ahㅡ kurasa tidak akan dijawab. Dilihat dari cara Hana yang bermain rapi, mungkin dia sudah melarang guru-guru membocorkan identitasnya.

Ada yang tidak beres.

Apa mungkin Hana sebenarnya agen rahasia yang menyamar jadi anak SMA?

Atau detektif?

Atau mungkin jurnalis?

Alien?

Terlalu berlebihan rasanya. Sekolahku tidak semenarik itu. Alien tidak akan tertarik pada tempat ini. Shim Hana pasti hanya seorang siswa yang menyembunyikan sesuatu.

"Dejun? Bisa tolong bawa angket ini ke ruang arsip? "

Aku tersentak dari lamunan. Di hadapanku sudah berdiri guru wali kelas kami, dahinya berkerut. Dia bilang apa tadi?

"Ya?" tanyaku canggung.

"Kenapa? Kamu sakit?" tanya wanita seumuran ibuku itu.

"Ahㅡ bukan, saya cuma agak ngantuk," elakku.

Dia tersenyum. "Tolong bawa angket ini ke ruang arsip, bisa?"

Aku berdiri lalu mengambil alih tumpukan kertas di tangan guruku. "Iya," anggukku.

"Oke, terima kasih."

Kuanggukkan kepalaku sekali lagi kemudian berjalan berlawanan arah dengan guruku tadi. Ruang arsip ada di dekat perpustakaan, jarang sekali dikunjungi siswa. Hanya ada satu pegawai yang merangkap sebagai penjaga perpustakaan, jadi ruangan itu sering kosong.

Sebentar.

Ruang arsip.

Sejenak aku berhenti melangkah. Dalam diam terbersit rencana gila. Ya, ini kesempatan untuk mencari tahu tentang Shim Hana. Pasti di ruang arsip ada data siswa kan? Alamatnya saja sudah cukup bagiku.

Adrenalinku rasanya langsung terpacu, apalagi saat pintu ruang arsip sudah terlihat. Semoga kosong, semoga penjaganya sedang di perpustakaan. Tolonglah... aku hanya butuh alamat Hana. Aku ingin tahu dia ada di mana sekarang...

Kriet

Derit pelan pintu bergaung saat kubuka ruang arsip yang berbau apek. Aku langsung menjerit dalam hati saat melihat ruangan sempit ini kosong tanpa penjaga. Segera kutaruh tumpukan angket kelasku, lalu mataku bergerak liar mencari tempat yang mungkin digunakan untuk menyimpan data siswa.

Sweet RendezvousTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang