[Day 1]
Kamu tanya rahasia apa? Apa kamu lupa?
ㅡTY
[Day 2]
Kecelakaan? Amnesia temporal? Astaga Yoon Junho, kenapa bisa? Kamu ingat aku siapa?
ㅡTY
[Day 3]
Aku Lee Taeyeon. Kita sahabat pena, sejak beberapa bulan yang lalu.
ㅡTY
[Day 4]
Nggak terlalu penting. Lebih seru kalau kamu coba ingat sendiri kan? Hehe
Kamu masih tinggal sendiri?
Pohon sakura di samping rumah apa kabar?ㅡTY
Jemari Taeyong mengapit bolpoin sementara yang lain mengetuk-ngetuk permukaan meja belajar. Dia sedang mengarang jawaban untuk ditulis di balasan surat sambil tanpa sadar tersenyum sendiri. Seandainya sadar, Taeyong pasti akan mengutuk betapa konyolnya apa yang sedang dia lakukan.
Saat menerima surat merah bata, Taeyong tentu tahu itu bukan ditujukan untuknya. Yoon Junho, nama orang yang dicari pengirim surat. Awalnya Taeyong hanya iseng membalas surat itu, ternyata besoknya ada surat lain yang datang membalasnya. Semua ini jadi seru.
Lee Taeyeon katanya, nama si pengirim surat. Entah kebetulan atau apa, namanya mirip dengan nama Taeyong.
Tanpa alasan khusus Taeyong secara aneh membayangkan kalau pemilik nama itu seorang gadis seumurannya, cantik, dan seharum surat yang ia terima setiap hari. Tulisan tangannya rapi dan cantik. Semua itu membuat Taeyong makin berasumsi.
Taeyong kira penerima surat itu tidak akan percaya saat dengan gegabah ia bilang kalau dirinya jatuh dari tangga lalu gegar otak dan amnesia sementara. Ternyata Taeyeon percaya begitu saja. Gadis itu membalas semua surat dari Taeyong setiap harinya, selalu dengan amplop merah bata yang wangi.
Hari demi hari, surat demi surat.
Selalu setiap pagi di kotak surat antik milik Taeyong. Makin hari makin banyak yang diceritakan Taeyeon padanya dan menurut Taeyong itu menarik. Oke ㅡaneh memang dan kedengarannya konyol karena dia bahkan tidak tahu wujud teman surat menyuratnya itu seperti apa. Tapi rasa tertarik ini tidak bisa dibohongi.
Dan hari ini, hari ke-30. Tidak terasa, Taeyong sudah menceritakan apa yang dia suka dan tidak suka, kebiasaannya, kegiatannya sehari-hari. Oh iyaㅡ dia sudah mengaku kalau sebenarnya dirinya bukan Yoon Junho. Untung Taeyeon tidak marah. Sebaliknya, Lee Taeyeon juga menceritakan tentang hidupnya, gadis itu suka memelihara burung, menanam bunga, dan dia tidak kuliah. Semua itu membuat Taeyong merasa terhipnotis. Apa jangan-jangan.... dia jatuh cinta?
Taeyong menolak pemikiran gilanya itu. Tapi di saat yang sama jantungnya berdesir tidak nyaman. Apa-apaan ini?
Sudah tiga puluh hari.
Surat ke-30 Taeyeon sudah ada dalam genggaman Taeyong. Seperti biasa, di depan meja belajarnya yang menghadap jendela Taeyong membaca surat yang ia tunggu. Wangi kertas yang menguar dan tekstur kertas yang halus membuat ia membayangkan selembut apa permukaan kulit Lee Taeyeon dan seharum apa tubuhnya setiap gadis itu bergerak.
"Aku pasti udah gila," gumam Taeyong sambil mengerjap, mengusir khayalannya. "Oke, hari ini apa isinya?"
Taeyong membuka lipatan kertas lalu mulai membaca;
Ya, di tempatku juga kemarin hujan. Bagus deh, bunga-bunga bisa minum dengan bebas. Sebentarㅡ apa maksudnya sekarang kamu secara nggak langsung cari tau aku tinggal di mana?
ㅡTY
Senyum bodoh muncul di bibir Taeyong. Rupanya gadis itu berhasil menebak triknya. Setelah puas cengengesan Taeyong tertegun. Matanya menatap ranting pohon di luar jendela. Taeyeon benar, dia memang ingin tahu sebenarnya gadis itu tinggal di mana. Taeyong sangat penasaran, ia ingin melihat langsung sosok yang mengiriminya surat setiap hari, ia ingin membicarakan bunga sakura secara langsung sambil minum kopi di café berdua.
Haruskah?
Sekarang juga?
Apa sudah waktunya?
Kedua bola mata Taeyong kini beralih pada surat di atas meja. Tangannya ragu-ragu bergerak mengambil buku memo yang biasa ia pakai untuk membalas surat-surat Taeyeon. Setelah beberapa kali menarik napas dalam-dalam, ia mengumpulkan seluruh keberanian untuk menulis apa yang mengganggu pikirannya selama beberapa hari belakangan;
Yah, ketauan deh.
Iya, Lee Taeyeon, aku mau tau kamu tinggal di mana. Kalau boleh kita bisa ketemu langsung?
Okeㅡ jangan salah paham, jangan takut, aku bukan cowok mesum brengsek yang cuma mau memanfaatkan tubuh cewek.
Mungkin kita bisa minum kopi atau makan es krim sambil ngobrol tentang bunga.
Yahㅡ terserah kamu sih. Jangan anggap ini paksaan. Tapi aku harap kamu setuju. Hehe.ㅡT-wai
Setelah menulis namanya, Taeyong dengan gugup memasukkan kertas itu pada amplop putih lalu merekatnya dengan lem. Sambil mengeluarkan suara pekikan tertahan tidak jelas dia menyandang ransel kemudian berlari ke pintu keluar. Sebelum berangkat kuliah, ia menyelipkan surat di kotak surat antik di depan rumahnya.
Taeyong tersenyum sambil menatap sejenak kotak surat itu, lalu berbalik dan melangkah menjauhi rumah untuk berangkat ke kampus. Dalam hati doa sangat berharap besok akan datang balasan surat yang berisi alamat tempat tinggal Lee Taeyeon.
Sementara itu, masih di tempat yang sama, sepasang mata masih mengawasi Taeyong seperti biasa dari kejauhan. Rambutnya yang terurai panjang menghalangi bibirnya yang membentuk lengkung, mengeluarkan suara terkikik puas.
ㅡtbc
Udah mulai menebak-nebak?