"Taeyong, kamu percaya hantu?"
"Hahaha walaupun aku vlogger horror, menurutku hantu itu nggak ada."
Love Letter
©smallnoona, 2019×××
"Rumahnya agak aneh, tapi bagus juga sih buat bikin konten vlog," Taeyong tertawa kecil.
Itu adalah komentar pertamanya saat melihat rumah baru yang akan ia tinggali sendiri mulai hari ini. Rumah cukup mewah dengan arsitektur kuno, tapi dijual dengan harga murah. Berpikir kalau rumah ini berhantu setelah membaca kalimat barusan?
Tenang saja, tidak kok.
Ini hanya rumah biasa, dijual karena pemilik sebelumnya sudah kebanyakan aset properti. Taeyong beruntung bisa jadi pemilik selanjutnya. Dia cuma mahasiswa studi strata tiga sekaligus vlogger dengan tema misteri, uangnya tidak terlalu banyak.
Yang paling Taeyong suka dari rumah ini tentu saja keantikannya yang indah. Kadang dia berharap bertemu hantu sungguhan atau ruang bawah tanah berisi misteri, tapi hidup ini bukan film horror atau fiksi. Hantu kan tidak mungkin ada. Rumah baru Taeyong benar-benar biasa saja, tanpa keseraman atau kesan angker sedikit pun.
Rumah ini indah. Aesthetic.
Taeyong sedang asyik menata barang-barang di kamar barunya saat terdengar pintu rumah digedor keras. Padahal Taeyong memilih kamar di lantai dua, tapi suara tangan yang beradu dengan kayu material pintu terdengar sangat jelas.
"Ck- siapa sih? Barbar banget," gerutu Taeyong.
Setelah meletakkan tumpukan baju di atas kasur, Taeyong bergegas meninggalkan kamar untuk membukakan pintu pada tamunya yang barbar. Ingin rasanya ia berteriak supaya orang itu tidak menggedor terlalu keras, tapi Taeyong takut itu tetangga barunya. Kan tidak enak.
"Tunggu sebentar!" seru Taeyong, tetap dalam nada sopan, pada jarak lima meter dari pintu. Saat dia membuka pintu, entah harus kaget atau kesal melihat wajah yang tersenyum lebar di depan pintu.
"Hai," sapa Nakamoto Yuta, teman sekelas Taeyong di kampus. Rambut kecoklatannya berkilauan terkena cahaya matahari jam empat sore.
"Yuta? Pestanya lusa, ngapain ke sini?" tanya Taeyong.
Yang ditanya malah langsung masuk rumah membawa ranselnya yang tampak berat alih-alih menjawab. Taeyong berkacak pinggang di pintu.