Tidak ada yang istimewa sejak Lee Taeyong membuka matanya pagi ini di tempat tidur, tapi ia harap sesuatu yang istimewa akan segera terjadi. Ya, ini masih tentang surat wangi warna merah bata. Tentang debaran konyol yang mengganggu sekaligus membuat Taeyong merasakan reaksi adrenalin dan serotonin dalam dirinya.
Taeyong setengah yakin dirinya sudah gila karena sejak terjaga dalam pikirannya hanya berulang dua objek; Lee Taeyeon dan surat. Imbasnya, dia jadi gelisah saat melakukan kegiatan seperti mandi dan sarapan. Sebenarnya Taeyong tahu, surat balasan dari gadis yang selalu mengisi pikirannya beberapa hari belakangan sudah bertengger manis di kotak surat, tapi ia sengaja mengulur waktu.
Tentu saja Taeyong harap surat balasan akan berisi alamat rumah ㅡatau setidaknya nama tempat untuk janjian bertemu. Tapi dia tidak mau berharap banyak dulu. Taeyong masih ingat saat ia mendapat penolakan ketika menanyakan nomor ponsel atau id kakao. Lee Taeyeon bilang itu akan merusak keunikan cara berkomunikasi mereka yang sekarang ㅡbenar juga sih.
Tapiㅡ Taeyong ingin sekali melihat wujud Lee Taeyeon. Makin ingin, makin penasaran.
"Arrrgggh!" gerutu Taeyong. "Okeㅡ oke, ambil sekarang. Sekarang, ya, sekarang aja."
Seperti biasanya, seperti orang kurang waras Taeyong bicara dengan dirinya sendiri. Setelah berbagai pertimbangan tidak penting, akhirnya ia melangkahkan kaki menuju ke luar rumah, menyusuri jalan setapak pendek yang menghubungkan teras dengan pedestrian yang mengapit jalan raya. Dengan gugup Taeyong mengulurkan tangan ke dalam kotak surat, darahnya terasa berdesir lebih deras saat merasakan ujung jari menyentuh permukaan kertas.
Oke, berlebihan.
Benda tipis itu diambil Taeyong dengen sedikit tidak sabar, kemudian dia bawa lagi masuk ke dalam rumah. Terus sampai meja belajarnya yang menghadap jendela besar di kamar. Dan Taeyong membuka surat yang sudah sangat dia tunggu-tunggu.
Wow.
Aku kaget. Maksudnyaㅡ sebenernya aku belum siap buat hal semacam ini sih. Hehe
Tapi kalau kamu mau kita ketemu, kurasa nggak ada salahnya juga?
Rumahku di daerah X, komplek X no. 127
Kita ketemu di sana jam 3 sore ini, habis itu terserah mau kemana.See you!
ㅡTYSaking tidak percayanya, Taeyong sampai membaca surat itu berulang kali. Tidak salah kan? Semudah itu? Lee Taeyeon mau bertemu dengannya?
"YES!!! YEAAAH!! WOOHOOO!!" seru Taeyong seperti baru menang judi.
Selama beberapa saat Taeyong membiarkan dirinya menggila, melompat kegirangan sambil bersorak. Senyum lebar terkembang di wajahnya. Apakah ini akan jadi kencan? Pikir Taeyong.
Mata Taeyong beralih pada jam dinding ㅡbaru jam sembilan pagi. Oke, sekarang pikirannya terus mengulang tiga hal;
Lee Taeyon
Jam tiga sore
JAM TIGA MASIH LAMA***
Bayangkan janjian dengan seseorang, di jaman modern begini, hanya bermodal selembar surat?
Orang normal akan saling bertukar kabar lewat ponsel untuk mempermudah pertemuan, sementara Taeyong boro-boro tahu gadis yang akan ia temui seperti apa wujudnya. Cantik atau biasa saja? Kurus atau berisi? Tinggi atau kecil dan menggemaskan?
Ahㅡ sudah lama Taeyong tidak merasa seperti ini. Sejak dia dan Min Yoonji berakhir, tepatnya. Apa mungkin nanti Lee Taeyeon akan membuat semua berubah jadi tidak hambar lagi? Jujur Taeyong tidak berharap banyak atau berkhayal terlalu jauh. Baginya Lee Taeyeon menarik dengan caranya sendiri, bisa kenal secara langsung juga cukup