30

1.8K 293 149
                                    


Halo guys, adakah yang kangen dengan cerita ini?
Absen dulu yuk siapa aja yang nunggu cerita ini update....
Oke, segitu sapaan manja dari author...

Jangan lupa play lagu diatas😊😊

Vote terlebih dahulu sebelum membaca!!

Happy reading....

***

Dua tahun bukan waktu yang singkat, tentu banyak perubahan yang terjadi, tapi disini di depan gedung bertuliskan SMA TRI SAKTI tidak ada yang berubah sama sekali, semuanya tampak sama seperti dua tahun yang lalu.

Renata menghela nafas cukup panjang, ia benar-benar rindu suasana sekolah, dua tahun menetap di luar negeri tanpa bersosialisasi jelas membosankan baginya, sekarang ia telah kembali, tapi kembali bukan berarti menetap.

Jam sudah menunjukkan pukul 14.01, itu artinya waktu pulang sekolah tiba, dan benar saja murid-murid SMA TRI SAKTI tampak berhamburan keluar gerbang dengan ekspresi bermacam-macam.

Renata memilih duduk di dekat pos satpam, menunggu seseorang yang selama dua tahun ini memenuhi pikirannya, seseorang yang berusaha Renata lupakan namun gagal, seseorang yang ceria dan humoris yang selalu berhasil membuatnya tertawa. Mengingat kenangan mereka dulu membuat jantung Renata berdetak kencang, ia tak sabaran menemui orang tersebut.

***

"Ingat Fabian, berikan surat panggilan itu pada orangtua kamu, salah satu dari mereka harus datang" pak Dodi mengingatkan Fabian.

Fabian mengangguk lesu, habis sudah riwayat nya jika papanya tahu kalau ia memukuli anak orang sampai masuk rumah sakit. Tapi, ada sedikit kelegaan saat tahu kalau orang yang ia pukuli mengalami luka yang tidak terlalu serius.

Fabian berjalan meninggalkan ruang bk, cowok itu memasukkan surat panggilan orangtua ke dalam saku celananya. Helaan nafas keluar dari mulut Fabian, cowok itu benar-benar tidak sadar dengan apa yang ia lakukan semalam, ia terlalu marah karena mendengar nama Jingga disebut oleh beberapa anak laki-laki berandal yang ada di area balapan. Fabian hilang kendali, cowok itu selalu gagal mengontrol dirinya jika bersangkutan dengan Jingga.

Fabian mengacak rambutnya kasar, entah kenapa masalah selalu berdatangan di tahun terakhirnya bersekolah, jujur Fabian juga ingin merasakan kedamaian di sekolah, tanpa adanya panggilan ke ruang bk dan hukuman, tapi selalu ada saja permasalahan yang melibatkannya.

"Kak Bian" suara lembut yang berasal dari belakangnya mengalun memenuhi telinga Fabian, cowok itu berbalik dan mendapati Jingga yang tengah berjalan menyusulnya.

"Gimana tadi?" Tanya Jingga dengan raut wajah cemas.

Fabian berusaha tersenyum, menunjukkan pada cewek itu kalau semuanya baik-baik saja.
"Nggak gimana-gimana"

"Gue serius, lo nggak dituntut kan?"

"Belum tau, tapi kayaknya nggak bakal separah itu"

Jingga berdecak "Anak orang hampir mati lo pukulin, gimana bisa lo ngomong nggak separah itu?"

Fabian mengedikan bahu "Gue cuma berpositif thingking" balasnya tenang.

"Gue mau pulang, jaga diri baik-baik" ujar Jingga mendaratkan tepukan pelan di bahu Fabian. Cewek itu melangkah meninggalkan Fabian yang masih terdiam di tempatnya.

***

Langkah Jingga mendadak terhenti saat sebuah motor menghadang jalannya, cewek itu
melirik ke arah sang pengendara yang tengah membuka helmnya, seulas senyum terbit di bibir Jingga saat mengetahui siapa orang iseng yang tiba-tiba menghentikan motornya di depannya.

FABIANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang