️14

4.1K 570 63
                                    


Budayakan vote sebelum membaca...
Happy reading...

☁️☁️☁️

Langkah Fabian terhenti saat telinganya samar-samar mendengar nama Jingga disebut oleh beberapa cowok yang berdiri tak jauh darinya. Fabian menajamkan pendengarannya agar ia bisa mendengar dengan jelas percakapan empat cowok di depan sana.

"Gue traktir lo sebulan kalau lo berhasil deketin Tasha" ujar cowok berambut ikal.

"Tasha yang mana?" tanya cowok berkulit putih.

"Anak kelas X yang katanya dingin banget, belum ada yang berhasil deketin dia termasuk Fabian" jawab cowok berkulit sawo matang.

Cowok berkulit putih itu tersenyum penuh arti, taruhan kali ini benar-benar menarik untuknya. "Traktir sebulan nggak cukup kayaknya, target kali ini cukup susah"

"Ambil motor gue kalau lo berhasil" tambah cowok bermata sipit yang sedari tadi hanya terdiam.

"Oke, deal! Gue pasti berhasil deketin dia" ujar cowok berkulit putih itu percaya diri membuat kedua tangan Fabian mengepal sempurna.

Fabian tersenyum miring, cowok itu berjalan mendekat ke arah empat cowok yang masih serius berbicara di depan sana. Jangan salahkan Fabian jika terjadi hal yang tidak diinginkan nanti.

☁️☁️☁️

"Syaaaaa gawat!! Ikut gue sekarang"

Jingga tersentak kaget saat Sindy tiba-tiba menarik earphone kemudian menarik paksa dirinya agar mengikuti cewek itu. Jingga hendak berontak namun urung karena kondisi koridor menuju gudang belakang sekolah terlalu ramai disertai sorakan membuat Jingga memilih untuk menutup telinga dan mengikuti Sindy tanpa banyak bertanya.

Jingga terdiam kaku saat dirinya dan Sindy berhasil menerobos kerumunan memasuki gudang sekolah. Jantungnya berdetak dua kali lebih cepat, perasaan takut dan cemas mulai menghampirinya. Di depan sana Fabian tampak tengah melayangkan pukulannya pada seorang cowok yang tidak Jingga kenal.
Tidak ada yang bisa ia lakukan selain menutup mata dan meremas ujung rok nya.

"LAWAN GUE BANGSAT, JANGAN JADI PENGECUT LO!!"

Siswa dan siswi yang berada di tempat yang sama semakin heboh menyoraki membuat Jingga semakin beringsut ketakutan.

"Sya, kak Fabian nggak tau lo disini, sekarang suruh dia berhenti sebelum pak Dodi datang" panik Sindy.

"Gu..gue takut" cicit Jingga. Cewek itu bahkan tidak berani untuk membuka mata barang sedetik pun.

"Lawan rasa takut lo Sya, nggak mungkin kan lo bakal kayak gini selamanya? Lo pasti bisa"

Jingga menggeleng "Gue nggak bis-"

"Please Sya, kasihan kak Fabian kalau sampai ketahuan pak Dodi lagi" bujuk Sindy.

"SEKALI LAGI GUE DENGER LO JADIIN DIA BAHAN TARUHAN, MATI LO!!" suara lantang milik Fabian terdengar kembali sebelum cowok itu melayangkan tendangannya yang mengenai perut lawannya.

Fabian berlalu begitu saja menerobos kerumunan yang mulai bubar, cowok itu meninggalkan lawannya tanpa peduli separah apa yang ia lakukan pada lawannya.

"Sya, ikutin kak Fabian" suruh Sindy.

"Kenapa gue?" tanya Jingga

Sindy berdecak "Karena lo alasan kak Fabian berantem" ujar Sindy seraya mendorong punggung Jingga agar cewek itu bergerak dan mengikuti Fabian.

"Gue nggak ngerti"

"Lo bakal ngerti nanti, makanya ikuti kak Fabian. Jangan sampai dia ngamuk lagi" desak Sindy.

FABIANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang