03

6.7K 652 74
                                    

Selamat membaca cerita 'Fabian' part tiga.
Semoga kalian suka.

Jangan lupa vote sebelum membaca..

☁️☁️☁️

"Selamat pagi matahariku" sapa Fabian riang begitu matanya menangkap sosok Jingga yang memasuki gerbang. Ia datang jauh lebih awal dari cewek itu dan sengaja menunggunya agar mereka bisa berjalan beriringan masuk ke area sekolah.

Jingga menunduk, cewek itu tidak suka menjadi pusat perhatian. Ia berusaha berjalan menjauh dari Fabian tapi dengan kurang ajarnya cowok itu menggenggam tangannya erat membuat dirinya tidak bisa berkutik. Jingga menelan ludah, sepertinya mulai sekarang hari-harinya akan penuh dengan bisikan kebencian dari siswi-siswi di sekolahnya karena Fabian terutama siswi yang pernah menjadi korban cowok itu.

"Lepasin bego! Gue nggak suka jadi pusat perhatian" ujar Jingga seraya berusaha melepaskan genggaman tangan Fabian pada tangannya.

Cowok itu tidak menggubris, ia terus berjalan dengan genggaman yang semakin mengerat di tangan Jingga. Kapan lagi ia bisa merasakan tangan halus itu.

"Selain gila, lo juga budek ternyata!" kesal Jingga. Wajah cewek itu memerah menandakan kalau ia tengah menahan marahnya. Oknum berinisial F ini benar-benar menguras kesabarannya.

Jingga menarik tangannya sekuat mungkin, dan berhasil, genggaman tangan Fabian terlepas tapi sedikit menciptakan luka goresan karena kuku yang tidak sempat ia potong.

Cewek itu cukup terkejut saat Fabian meringis pelan. Tapi, detik berikutnya Jingga tidak peduli. Luka kecil seperti itu tidak berarti apa-apa bagi seorang cowok pikir Jingga apalagi mengingat Fabian tipe cowok berandal yang tentunya tidak asing dengan luka karena cowok itu pasti sering terlibat perkelahian.

"Untung cantik, untung gue suka" ujar Fabian seraya mengelus dadanya. Ia tidak pernah berhadapan dengan cewek seperti Jingga sebelumnya kecuali mamanya. Bisa dikatakan mamanya dan Jingga memiliki kemiripan, yaitu sama-sama suka berkata pedas dan berbuat kasar. Tapi, bukan masalah bagi Fabian karena Jingga sudah benar-benar berhasil merebut hatinya. Tugasnya sekarang bagaimana cara meluluhkan hati cewek bermata teduh disampingnya ini.

"Makanya jangan main-main sama gue!"

Fabian menatap Jingga serius. "Gue nggak pernah main-main sama lo, gue serius su-"

"Dasar buaya! Jauh-jauh dari gue, gue alergi fuckboy!" Setelah mengakhiri ucapannya, Jingga berlalu meninggalkan Fabian yang menampilkan wajah takjubnya. Cowok itu benar-benar tertolak, bahkan tampangnya tidak mempan bagi seorang Jingga Natasha. Cewek itu memiliki pertahanan yang kuat sepertinya.

Fabian menarik salah satu sudut bibirnya, cowok itu tersenyum miring seraya memperhatikan punggung Jingga yang semakin mengecil. "Tambah menarik"

☁️☁️☁️

Fabian mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru kantin mencari sosok yang akhir-akhir ini menarik perhatiannya. Senyum Fabian mengembang begitu menemukan sosok Jingga, cewek itu tidak sendirian, ia bersama dua cewek yang tidak Fabian kenali.

Tanpa pikir panjang Fabian berjalan mendekat ke arah meja yang ditempati tiga cewek tersebut. Tapi, sebelum itu ia sempat membeli sekotak susu cokelat untuk diberikan pada Jingga sebagai bukti awal keseriusannya.

"Sekotak susu cokelat buat bidadari gue" Fabian datang dan mengambil posisi di depan Jingga.

Ketiga cewek yang tengah menyantap makanan masing-masing kompak tersedak. Jingga menatap Fabian kesal setelah meminum jus mangganya. Berbeda dengan dua cewek yang tampak kagum melihat Fabian. Cowok itu semakin tampan jika dilihat dalam jarak dekat.
"Hai, temannya Jingga ya? Gue Fabian, calon pacarnya" ujar Fabian tanpa dosa.

FABIANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang