41

1.9K 339 39
                                    

Annyeong yeorobun...
Adakah yang nungguin cerita ini update?

Yuk absen dulu sebelum membaca...

Jangan lupa vote juga...!!

Happy reading...

***

Jingga merebahkan tubuhnya di atas karpet bulu ruang keluarga, cewek itu sedang menonton film kartun kesayangannya ditemani satu toples kue kering buatan mamanya.
Rasanya nyaman sekali sendirian di rumah, kebetulan mamanya pergi arisan membuat ia bebas melakukan apapun di rumahnya.

Ngomong-ngomong sudah seminggu Jingga tidak bertemu dengan Fabian, mereka berhubungan hanya lewat chat dan sekali dua kali telponan. Fabian sedang sibuk-sibuknya mempersiapkan diri untuk mengikuti tes masuk perguruan tinggi.

Karena sibuk dengan dunianya sendiri membuat Jingga tidak mendengar bel rumahnya berbunyi, hingga ketukan lumayan keras di pintu membuat cewek itu tersentak kaget dan buru-buru berjalan ke depan.

Senyum Jingga mengembang saat melihat sosok yang bertamu ke rumahnya. Baru saja Jingga ingin mempersilahkan Fabian masuk harus tertahan karena cowok itu langsung memeluknya erat.

"Gue kangen banget" gumam Fabian.

Jingga tersenyum di dalam pelukan Fabian apalagi saat telinganya menangkap suara jantung cowok itu yang berdetak cepat.

Jingga menguraikan pelukannya, ia menatap Fabian dengan binar bahagia "Ayo masuk" ajaknya.

Fabian menurut, cowok itu menggenggam tangan kecil Jingga sambil berjalan memasuki rumah kekasihnya itu.

"Tunggu bentar, gue buatin minum dulu" ujar Jingga setelah menyuruh Fabian duduk di sofa. Cowok itu menurut.

Jingga berjalan ke dapur meninggalkan Fabian, cewek itu membuka lemari pendingin dan mengeluarkan satu botol besar minuman rasa jeruk kemudian menuangkan ke dalam gelas. Masih dengan kegiatan menyiapkan minum serta cemilan untuk Fabian, Jingga mendengar suara bel rumahnya kembali berbunyi.

"KAK BIAN TOLONG BUKAIN PINTU" Teriak Jingga dari dapur.

Setelah selesai dengan kegiatannya, Jingga langsung berjalan ke arah ruang tamu membawa nampan yang berisi dua gelas minuman satu untuk Fabian dan satu untuknya dan beberapa cemilan mengisi nampan.

"Siapa yang-" omongan Jingga terhenti begitu saja saat matanya menangkap Fabian yang tengah memangku sosok mungil yang tampak menggemaskan.

"Kok Juna ada disini?" Tanya Jingga keheranan seraya meletakkan nampan ke atas meja.

"Namanya Juna?" Tanya Fabian saat Jingga duduk di sampingnya.

"Iya, kok bisa sama lo?"

"Oh, tadi mamanya nitipin katanya dia mau jenguk temennya ke rumah sakit" jelas Fabian.

Jadi Juna itu adalah anak mbak Dewi yang baru berumur sepuluh bulan. Jingga sering menjadi pengasuh dadakan kalau mbak Dewi sedang pergi karena wanita itu selalu menitipkan putranya pada Jingga ataupun mamanya.

"Perlengkapan nya mana?" Tanya Jingga saat dirinya tidak menemukan tas yang biasanya mbak Dewi siapkan yang berisi perlengkapan bayi gendut itu.

"Nggak ada, gue cuma dikasi botol susunya sama itu" ujar Fabian seraya menunjuk lembaran uang yang berada di atas meja.

"Dia minta tolong juga buat beliin pampers sama bubur" 

Jingga menghela nafas mendengar penjelasan Fabian, sepertinya mengurus Juna kali ini akan lebih sulit dari sebelumnya.

FABIANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang