️05

6.6K 663 66
                                    

Budayakan vote sebelum membaca dan ramaikan kolom komentar kalau mau up cepet.

Disini kita barter, kalian ramaikan voment dan gue up cepet. Jadi nggak ada yang dirugikan.

Happy reading...

☁️☁️☁️

Jingga menatap awan yang mulai menghitam menutupi sang surya, suara gemuruh di langit membuatnya merinding serta hembusan angin yang begitu dingin menerpa kulitnya yang bebas dari seragam sekolahnya. Jingga tidak tahu kalau siang ini akan turun hujan, ia tidak membawa jaket.

Perlahan rintik kecil yang semakin membesar mulai berjatuhan membasahi bumi. Jingga terduduk kaku di halte bus, ia kedinginan dan bus yang ditunggunya tak kunjung datang.
Kedua tangan cewek itu bergerak mengelus lengannya sendiri. Apa hujannya tidak bisa ditunda dulu? Setidaknya biarkan Jingga meminjam jaket siapa saja agar tidak terlalu dingin.

Jingga terdiam, hujan. Ia sangat hafal kalau mamanya sangat menyukai hujan yang menurun padanya. Ia juga menyukai hujan, tapi tubuhnya yang mudah kedinginan membuatnya harus berjauhan dengan hujan. Tangan Jingga terulur ke depan merasakan butiran-butiran air menerpa tangannya yang berubah pucat karena dingin.

"Belum pulang?" suara berat yang sangat Jingga hafal mengalun diantara suara derasnya hujan.

Cewek itu menoleh ke samping mendapati sosok kakak kelasnya yang akhir-akhir ini selalu mengganggunya. Fabian, cowok itu tampak memukau seperti biasa dengan balutan hoodie hitamnya dan sebuah topi biru navy menutupi kepalanya. Ranselnya yang menggantung di bahu kiri membuatnya tampak jauh lebih tampan. Jingga akui ia kagum karena ada cowok setampan Fabian. Tapi, bukan berarti ia menyukai cowok itu.

Fabian mengambil posisi di samping Jingga, cowok itu tampak menggosok kedua telapak tangannya, tanpa diduga-duga ia menangkup pipi Jingga dengan telapak tangan besarnya.

"Udah hangat?" tanyanya lembut.

Jingga terdiam beberapa detik, ia terlalu terkejut dengan perlakuan Fabian padanya. Begitu tersadar, cewek itu langsung menepis kasar tangan Fabian dari wajahnya.

"Jangan sentuh gue!" kilatan marah terpancar jelas di kedua manik cokelat cewek itu. Fabian tidak mengerti kenapa Jingga bisa semarah itu, ia hanya membantu mengurangi hawa dingin yang dirasakan cewek itu.

"Nih pakai" ujar Fabian setelah melepaskan hoodie hitam dari tubuhnya. Cowok itu hanya memakai kaos putih tipis, benar-benar tipe murid nakal karena tidak memakai seragam.

"Nggak butuh!" tolak Jingga

"Jangan siksa diri lo, gue tau lo kedinginan" ujar Fabian masih berusaha memberikan hoodie nya kepada Jingga.

"Terserah gue, tubuh-tubuh gue kenapa lo yang repot?!"

Fabian menghela nafas, kenapa ia bisa bertemu dengan cewek sekeras kepala Jingga dan sialnya ia malah jatuh hati pada cewek itu. Benar-benar diluar dugaannya selama ini, mengingat tipe idealnya adalah cewek kalem dan anggun sangat bertolak belakang dengan Jingga.

"Pakai hoodie gue atau gue peluk?"

Fix, Jingga langsung merebut hoodie milik Fabian dan langsung memakainya. Tampak menggemaskan karena tubuh cewek itu tenggelam dibalik hoodie hitam kebesaran milik Fabian. Sial, Fabian semakin tidak sabar menjadikan cewek itu pacarnya.

"Lo kasar aja berhasil buat jantung gue berulah, gimana lembut?" gumam Fabian pelan namun berhasil ditangkap oleh Jingga yang memiliki pendengaran tajam.

Tanpa cewek itu sadari, kedua pipinya memanas menciptakan semburat merah jambu menghiasi pipinya. Beruntung tertutup oleh tudung hoodie milik Fabian.

FABIANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang