39

2K 338 146
                                    


Jangan lupa tekan bintang di pojok sebelum membaca....!!!

***

Hari ini murid-murid SMA Tri Sakti dipulangkan lebih cepat karena guru-guru sedang mengadakan rapat mengenai ujian sekolah bagi kelas XII yang akan dilaksanakan minggu depan. Jingga sudah menghubungi mamanya kalau ia tidak akan langsung pulang ke rumah melainkan ke rumah sakit menjenguk Fabian. Sudah dua minggu berlalu tapi Fabian belum diperbolehkan pulang oleh dokter.

Jingga akan pergi bersama Boni, kebetulan kakak kelasnya itu menawarkan tumpangan. Selagi Boni mengeluarkan motornya di parkiran Jingga disuruh menunggu di pos satpam dekat gerbang. Kedua mata Jingga menyipit saat menangkap sosok yang sudah dua kali ia temui. Renata, cewek itu berdiri di depan gerbang sekolahnya. 

Jingga tidak berniat menyapa karena mereka tidak terlalu saling mengenal, tapi langkahnya terhenti saat Renata memanggil namanya.
Mau tak mau Jingga menghampiri cewek itu. Beberapa siswa-siswi menatap ke arah mereka mungkin karena kemiripan di wajah mereka.

"Bisa ngomong sebentar?"

"Bisa"

Jingga mengikuti langkah Renata menjauh dari gerbang sekolah, mereka berhenti di bawah pohon besar dekat halte tempat Jingga sering menunggu bus.

"Ada apa?" Tanya Jingga to the point.

"Jauhin Fabian"

Jingga menatap Renata lekat-lekat, atas dasar apa cewek itu menyuruhnya menjauhi Fabian? Jika memang harus, maka Jingga lah yang lebih berhak mengatakan demikian pada Renata. Asal kalian tahu Fabian adalah pacarnya sekarang.

"Kenapa lo nyuruh gue jauhin pacar gue sendiri?" Tanya Jingga heran.

"Kalian pacaran?" Jingga bisa melihat dengan jelas keterkejutan Renata. Jadi cewek itu tidak tahu hubungannya dengan Fabian? Seharusnya Fabian memberitahu Renata agar cewek itu tidak berharap.

"Menurut lo"

Plak..

Jingga terkejut ketika tangan Renata mendarat keras di pipi kanannya, rasanya panas dan cukup perih. Cewek gila, batin Jingga.

"Murahan!! Lo rebut Fabian dari gue, lo nggak ada bedanya sama mama lo yang pelacur itu"

Tangan Jingga mengepal, ia maju selangkah kemudian menarik rambut Renata sampai cewek itu mendongak. "Jaga mulut lo, gue nggak rebut kak Bian, lagi pula lo yang ninggalin dia dan bukan salah gue kalau dia udah nggak cinta lagi sama lo-"

Jingga menjeda ucapannya, nafasnya memburu karena amarah "Lo nggak kenal gue ataupun orangtua gue jadi jangan pernah sebut mama gue dari mulut kotor lo!!" Tekan Jingga disetiap katanya seraya mendorong Renata menjauh.

Renata tersenyum miring, matanya menatap Jingga jijik "Lo yang nggak kenal betul orangtua lo, mama lo udah rebut papa gue, mama lo murahan sama seperti lo, dia ngancurin rumah tangga orang, tapi sayang banget bukannya hidup bahagia malah menderita. Dan lo-" Renata menunjuk tepat di depan wajah Jingga.

"Kehadiran lo nggak diinginkan, buktinya papa nggak pernah perlakuin lo dengan baik, papa nyiksa lo karena anak haram kaya lo emang nggak pantas bahagia. Dengerin gue, jauhi Fabian karena dia terlalu sempurna buat lo, lo harus sadar diri!!"

Jingga mundur beberapa langkah, kedua tangannya bergetar, kakinya sudah tidak bisa lagi berdiri tegak. Jingga terkejut mendengar semua ucapan Renata. Jingga menggelengkan kepala seraya menghapus air matanya yang tiba-tiba mengalir keluar, hatinya sakit seperti ada ribuan jarum yang menancap disana.

"LO BOHONG KAN?!!" Teriak Jingga seraya berusaha berdiri tegak, kedua kakinya lemas.

"Buat apa gue bohong? Kita saudara, tapi gue nggak sudi nganggap lo saudara, lo terlalu menjijikan"

FABIANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang