23

5.7K 634 198
                                    


Jangan lupa vote dan komen!!

☁☁☁

Tidak butuh waktu lama bagi Jingga untuk membersihkan diri, buktinya lima belas menit berlalu dan cewek itu sudah keluar dari kamar mandi masih menggunakan rok sekolahnya dipadukan dengan kaos hitam kebesaran milik Fabian, terlihat aneh tapi ia terpaksa menggunakannya selagi menunggu seragam putihnya dicuci.

Jingga tersentak kaget saat matanya menangkap Fabian terduduk di pinggir ranjangnya tengah menatapnya seraya tersenyum.

"Ada ukuran yang lebih kecil nggak?" tanya Jingga pelan.

Fabian mengernyitkan kening, sebelah alisnya terangkat tanda tak mengerti. Jingga paham arti perubahan raut wajah Fabian kemudian dengan cepat mengucapkan maksudnya.
"Baju lo, ini terlalu besar di badan gue" ujar Jingga seraya menunjuk kaos yang sedang ia pakai.

Fabian mengangguk, cowok itu bangkit dari posisinya kemudian berjalan menuju lemari besar di samping Jingga.

"Ini yang paling kecil" ujar Fabian seraya menyodorkan kaos berlengan panjang berwarna maroon.

"Selesai ganti baju langsung ke bawah, gue udah pesen makanan" ujar Fabian setelah Jingga menerima kaos yang ia sodorkan.

Fabian berbalik berniat meninggalkan kamarnya, namun baru selangkah kakinya terhenti karena panggilan dari Jingga. Cowok itu menoleh ke belakang lebih tepatnya ke arah Jingga.

"Makasih" ujar Jingga pelan.

Fabian tersenyum simpul "Anggap aja latihan sebagai calon pacar yang baik" balas Fabian berhasil membuat jantung Jingga berdetak lebih cepat dari biasanya.

Setelah kepergian Fabian barulah Jingga bisa bernafas lega, cewek itu menatap pantulan dirinya di cermin besar yang tersedia di kamar Fabian, ia bisa melihat dengan jelas rona merah di pipinya.

Jingga tidak bisa menahan senyumnya, perlakuan Fabian berhasil menjungkir balikan perasaannya. Cowok itu selalu memiliki berbagai cara untuk membuatnya merasa bahagia di dekatnya. Mata Jingga beralih pada kaos yang sedang ia pegang, lagi-lagi ia tersenyum tapi kali ini lebih lebar.

"Wangi banget" gumamnya setelah mencium kaos milik Fabian.

☁☁☁

"Kenapa lo bisa berantem sama Alisa?" pertanyaan pertama Fabian begitu Jingga duduk di sebelahnya.

Jingga menghela nafas, moodnya tiba-tiba buruk mendengar nama Alisa. Tidak bisakah Fabian membiarkan Jingga minum atau makan terlebih dahulu, percuma cowok itu memesan makanan.

"Dia yang mulai" jawab Jingga seadanya.

"Alasannya?"

Jingga berdecak sebal, ia lapar tidak kah Fabian peka? Di kantin tadi Jingga bahkan tidak sempat menghabiskan nasi goreng nya gara-gara Alisa.

"Apalagi kalau bukan lo" jawab Jingga malas.

Fabian tertawa melihat ekspresi Jingga, tangan cowok itu terangkat mengacak-acak rambut setengah basah Jingga "Jago juga ya lo berantemnya, Alisa udah kayak mau mati lo jambakin" goda Fabian.

"Lo nggak marah gue jambak Alisa?"

Sebelah alis Fabian terangkat, matanya menatap lekat ke arah Jingga "Kenapa gue harus marah?"

"Dia kan pacar lo, seharusnya lo tolong dia bukan gue" ucap Jingga memperjelas.

"Lo mau gue beneran pacaran sama dia?"

"Ya enggak lah!" jawab Jingga spontan.

"Enggak ya?" goda Fabian

Jingga melotot, ia baru sadar dengan apa yang bibir lancang nya katakan. Sial, kenapa ia bisa kelepasan. Melihat ekspresi jahil Fabian membuat Jingga ingin menghilang saja dari bumi.

FABIANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang