18

4.6K 627 153
                                    

Sesuai janji, komen tembus 100 aku up malam ini. Jangan lupa vote sebelum membaca...

Yang nyider kita kemusuhan!!

☁️☁️☁️

Raka dan Boni menatap tak suka ke arah Alisa, begitu pergelangan tangannya sudah diobati dan dibalut perban cewek itu langsung menempeli Fabian, mengapit lengan Fabian dengan kedua tangannya membuat Fabian tidak bisa berkutik.

"Bian bukan emak lo kali!" ujar Boni blak-blakan. Cowok itu terlanjur kesal dengan Alisa, dirinya yang bukan Fabian saja merasa risih dengan kelakuan Alisa, apalagi Fabian sendiri.

"Hih nggak tau malu" imbuh Raka. Fabian berusaha menahan tawanya, kedua temannya memang berbeda dari orang kebanyakan. Jika tidak menyukai seseorang, maka mereka akan mengatakannya secara langsung.

"Terserah gue, kak Bian kan pacar gue" balas Alisa acuh.

Raka dan Boni bergidik, kedua cowok itu mengusap lengannya, mereka merinding karena jijik terhadap cewek gila itu. Raka menyesal karena dulu lebih mendukung Fabian bersama Alisa ketimbang Jingga. Sekarang ia sudah tahu perangai cewek itu, Alisa tidak jauh dari cewek-cewek yang membuang rasa malunya demi seorang cowok.

"Gue mah mending di gelayutin monyet daripada dia" tunjuk Raka ke arah Alisa.

Bukannya tersinggung cewek itu justru memamerkan senyumnya, lebih tepatnya senyum kemenangan karena berhasil membuat Fabian berada di dekatnya. Alisa pastikan mulai hari ini Fabian akan selalu menuruti kata-katanya.

"Gue mau ke kantin, ikut nggak lo?" ujar Boni kepada Raka.

"Ikut lah!" balas Raka cepat. Tanpa berpamitan kedua cowok itu melesat keluar dari ruang uks dengan cepat, mengabaikan seruan Fabian agar menunggunya.

Setelah kepergian Raka dan Boni, suasana uks tiba-tiba hening. Fabian tidak berniat sama sekali membuka suara, cowok itu sibuk memainkan benda pipih miliknya menggunakan tangan kirinya.

"Kak Bian mau kan jauhin cewek itu?" tanya Alisa seraya menyandarkan kepalanya di bahu kanan Fabian.

Fabian menoleh sebentar ke arah Alisa kemudian kembali fokus kepada handphonenya. Ia tidak berniat sama sekali menjawab pertanyaan yang sudah diketahui dengan jelas jawabannya.

"Jawab kak!"

Fabian menghela nafas, ia berusaha melepaskan tangan Alisa dari lengannya sepelan mungkin agar tidak menyakiti cewek itu. "Lo udah tau jawabannya"

"Kak Bian harus jauhin dia! Aku nggak mau tau" tegas Alisa

Fabian menggeram, harus berapa kali ia katakan pada Alisa kalau dirinya tidak akan menjauhi Jingga. Justru Alisa lah yang ingin Fabian jauhi, cowok mana yang mau dekat dengan cewek gila seperti Alisa. Rasanya Fabian ingin menyalahkan tuhan saja karena mengenal Alisa, kenapa tuhan tidak mempertemukannya dengan Jingga lebih awal?

"Ca, gue nggak pantas buat lo. Gue brengsek dan gue nggak tertarik sedikitpun sama lo!" balas Fabian tak kalah tegas.

Alisa terdiam, kedua mata cewek itu mulai berkaca-kaca membuat Fabian meremas rambutnya kasar. Sebrengsek-brengseknya dirinya, tetap saja air mata perempuan menjadi kelemahannya.

"Aku nggak peduli sama perasaan kakak, aku cuma mau kak Bian tetap di dekat aku dan jangan dekati cewe-"

"Alisa stop!! Dengerin gue, lo nggak suka sama gue, lo cuma terobsesi buat milikin gue! Tolong pikirin baik-baik, nggak semua yang lo inginkan akan jadi milik lo. Berhenti ganggu gue atau lo bakal nyesel, gue nggak main-main sama ucapan gue!" tekan Fabian sebelum beranjak meninggalkan ruang uks.

FABIANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang