36

1.7K 340 146
                                    

Annyeong yeorobun...
Gimana kabar kalian hari ini?
Semoga kalian semua sehat...

Sebelum membaca jangan lupa tekan bintang di pojok kiri😉😉

Spam lope ijo jangan lupa ye🙃..

Happy reading...

***

Jingga duduk di depan ruang rawat Fabian bersama Satria, Boni dan Raka. Sementara mama Fabian tampak tidak tenang sama sekali, ia terus berjalan mondar-mandir seraya memanjatkan doa agar putranya itu baik-baik saja.

Jingga berkali-kali menarik nafas kemudian mengeluarkannya, menepis segala pikiran buruk yang membuatnya semakin khawatir. Jingga terus meyakini dirinya bahwa Fabian pasti akan baik-baik saja.

Selang beberapa menit dokter beserta perawat keluar dari ruangan, orangtua Fabian dengan cepat menghampiri menanyakan keadaan sang putra.

Dokter yang menangani menghela nafas, kemudian membuka maskernya. "Keluarga pasien?"

"Saya papanya dok"

"Mari ikut saya"

Jingga memperhatikan kepergian dokter dan para perawat bersama kedua orangtua Fabian. Apa cowok itu terluka parah sampai-sampai dokter harus menjelaskan keadaannya secara pribadi? Jingga buru-buru menepis pikiran buruknya, Fabian pasti baik-baik saja. Wajahnya yang terlihat tenang berbanding terbalik dengan apa yang ia rasakan, sejauh ini Jingga memang tidak menangis, ia berusaha menyembunyikan semuanya, rasa sesak dan desakan air matanya yang ingin keluar ia tahan sebisa mungkin. Tapi, sepertinya ia sudah tidak sanggup rasanya terlalu menyakitkan.

"Gue ke toilet dulu" pamitnya diangguki oleh tiga cowok yang masih setia duduk di bangku tunggu.

***

Dokter yang menangani Fabian mempersilahkan orangtua Fabian untuk duduk di kursi yang sudah tersedia di ruangannya.

"Gimana keadaan anak saya dok?" Tanya sang mama tidak sabaran.

Dokter yang kira-kira berusia tiga puluhan itu menatap pasangan di depannya satu persatu kemudian menghela nafas, sorot iba di kedua matanya tergambar jelas.

"Sebelumnya apa pasien pernah mengalami kecelakaan atau benturan di kepalanya?"

Nada dan Gilang saling pandang sebentar, mereka mencoba mengingat apakah putranya pernah mengalami hal semacam itu? Beberapa detik terdiam, Gilang akhirnya mengangguk. Dulu sewaktu Fabian baru memasuki bangku SMA, putranya itu pernah tertimpa tangga besi yang lumayan berat dibagian kepalanya.

Nada dan Gilang mendadak takut dan belum siap dengan apa yang akan dikatakan oleh dokter di depan mereka.

"Benturan di kepala belakang pasien saat terjadi kecelakaan cukup keras membuat tulang belakang kepalanya retak, pasien sempat mengalami pendarahan tapi beruntung karena bisa dihentikan secara bertahap, untuk mencegah terjadinya cedera otak kami akan terus memantau keadaan pasien" jelas dokter tersebut.

Ada sedikit kelegaan menghampiri Nada dan Gilang, tapi sedikit perasaan lega yang menghampiri beberapa detik kembali menguap entah kemana saat dokter mengatakan "Tapi, kemungkinan untuk tidak terjadinya cedera otak sangat kecil, kalian berdoa saja semoga ada keajaiban untuk pasien"

"Dok, lakukan apapun untuk menyembuhkan anak saya" mohon Nada. Cairan bening yang selama ini ia tahan berhasil mengalir keluar. Wanita itu tidak pernah membayangkan berada diposisi ini, jauh di dalam hatinya ia berharap kejadian ini hanya mimpi buruk.

***

"Ma..ma.."

"Iya sayang mama disini"  Nada menggenggam tangan Fabian lembut, ia takut jika menggenggamnya erat akan menyakiti putranya. Nada tidak sanggup melihat kondisi Fabian yang jauh dari kata baik-baik saja. Hampir seluruh tubuhnya terdapat luka membuat Nada terisak membayangkan betapa kesakitannya Fabian.

FABIANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang