️10

5.8K 659 166
                                    

Annyeong yeorobun....
Alhamdulillah akhirnya bisa up hari ini.

Adakah yang nunggu cerita ini up??
Absen dulu yuk.

Ingat, budayakan vote sebelum membaca...
Jangan biasakan jadi siders, setiap penulis pasti maunya cerita mereka dihargai untuk itu silahkan vote. Oke 👌👌

Happy reading...

☁️☁️☁️

"Kak Bian"

Merasa namanya terpanggil, Fabian langsung menoleh ke belakang. Senyum cowok itu mengembang saat melihat siapa sosok yang berdiri disana.

"Kenapa jarang hubungi aku?" Alisa, cewek itu sudah berdiri di samping Fabian, mengapit lengan cowok itu membuat para siswi yang menyaksikan adegan tersebut menatap iri ke arah Alisa.

Masih dengan senyumnya Fabian menjawab.
"Hp gue disita bokap, nggak papa kan gue nggak hubungi lo?"

"Iya nggak papa. Oh ya kak, mama kangen katanya, nanti pulang sekolah mampir ke rumah aku ya?"

Fabian menggigit bibir bagian dalamnya, ingin menolak tapi tidak enak mengingat Alisa yang begitu baik padanya selama ini. Sepertinya misi untuk mendekati Jingga akan ia tunda dulu.

"Gue nggak bawa motor"

"Aku bawa kok, kita pakai motor aku"

Fabian mengangguk "Oke, gue usahain" ujar Fabian. Tangan cowok itu tidak tinggal diam, mengacak-acak rambut halus Alisa adalah bagian favoritnya karena setiap melihat cewek itu kesal membuatnya senang.

"Kak! Rambut aku berantakan" kesal Alisa seraya memperbaiki rambutnya. Fabian tertawa pelan sebelum mencubit pipi cewek itu.
"Kok lo gemesin banget sih, Ca? Jadi pacar gue mau nggak?" tanya Fabian dengan nada menggoda.

Alisa tidak tahan untuk tidak tersenyum.
"Mau lah, gila aja kalau nggak mau"

Fabian tersenyum lebar, ekspresi malu-malu Alisa benar-benar lucu dimatanya. Ia jadi membayangkan jika Jingga yang bersamanya saat ini, mungkin akan lebih menyenangkan.
"Nggak usah dipikirin, gue becanda" ujar Fabian tanpa dosa. Cowok itu bahkan tidak perduli dengan perubahan raut wajah Alisa.

"Gue ke kelas dulu, btw gue sayang lo Ca" ujar Fabian seraya menepuk-nepuk kepala Alisa pelan sebelum berlalu meninggalkan cewek cantik itu.

☁️☁️☁️

"Lo nolak kak Fabian, lagi?" ujar Mita heboh, cewek itu sampai tidak jadi menyeruput jus mangganya. Tak jauh berbeda dengan Sindy, cewek itu juga heboh sampai melupakan dimana posisi mereka sekarang.

Jingga hanya mengangguk, terkesan tak peduli. Cewek itu justru tengah menikmati sepiring batagornya dengan ekspresi santai seperti biasa.

Mita dan Sindy kompak mendengus, tidak mengerti dengan jalan pikir Jingga. Cowok seperfect Fabian ditolak mentah-mentah, dimana otak Jingga sampai menolak serbuk berlian?

"Sya, percaya deh sama gue. Kak Fabian itu serius suka sama lo, tolong ya buka hati" mohon Sindy.

Mita tak mau kalah, cewek itu menggenggam erat tangan Jingga. "Iya Sya, lo nggak bisa liat keseriusan dia? Dia rela sakit demi minjemin lo hoodie nya dan nganter lo pulang, kemarin kejadin di lapangan-"

Jingga menarik tangannya dari genggaman Mita, menatap temannya itu datar. "Kalian kenapa sih tiba-tiba kayak gini? Gue nggak akan pernah buka hati buat kak Bian atau cowok lain! Ngerti?!" tegas Jingga.

Mita dan Sindy menghela nafas, sekeras apapun mereka merayu Jingga tetap tidak akan mempan. Jingga tetaplah Jingga, si keras kepala yang mereka kenal. Bukan tanpa alasan mereka merayu Jingga agar mau membuka hati untuk Fabian, mereka tahu kalau Fabian benar-benar menyukai Jingga dan Fabian juga bisa diandalkan jika sewaktu-waktu Jingga butuh bantuan. Tanpa dimintai saja Fabian dengan suka rela membantu.

FABIANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang