20

5.7K 598 96
                                    


Tandai typo man-teman.

☁☁☁

Jam sudah menunjukkan pukul 06.50 pagi, sepuluh menit lagi gerbang sekolah akan ditutup. Cewek bermata teduh yang tak lain adalah Jingga buru-buru memasang sepatunya dan segera berlari keluar rumah, ia tak menghiraukan seruan sang mama yang menyuruhnya meminum segelas susu karena tidak sempat sarapan.

Yang ada di pikiran Jingga hanya bagaimana caranya agar ia bisa sampai tepat waktu. Salahkan Fabian jika cewek itu terlambat, bayangan ketika Fabian memeluk Jingga terus berputar di kepala cewek itu membuatnya tidak bisa tidur.

Tiinn....

Jingga tersentak kaget saat mendengar suara klakson motor, tapi cewek itu tidak sempat berbalik karen sudah tidak ada waktu lagi. Berkali-kali Jingga merutuk dalam hati karena disaat genting seperti ini otaknya masih saja sempat memikirkan Fabian.

Tiinn...

Jingga berdecak sebal, ia berlari di atas trotoar lalu apa penyebab pengendara motor di belakangnya terus membunyikan klakson seolah dirinya berlari di tengah jalan.

"Ayo bareng kalau nggak mau terlambat" Jingga refleks menoleh ke samping, seraya berlari cewek itu menolak ajakan seseorang yang tidak dikenalnya namun mengenakan seragam yang sama dengannya.

"Gue nggak bakal macem-macem" ujar cowok yang tidak bisa Jingga lihat wajahnya karena tertutupi helm full face nya. Jingga tak menjawab, cewek itu fokus berlari mengejar waktu yang tinggal beberapa menit sebelum gerbang sekolahnya ditutup.

"Yakin nggak mau bareng? Beberapa menit lagi gerbang sekolah ditutup"

Jingga ragu, tapi mau bagaimana lagi? Jika ia terlambat sudah pasti ia akan terkena hukuman dan melewati jam pelajaran pertama.
Dengan berat hati, Jingga naik ke atas motor cowok asing tersebut, cewek itu berharap semoga mereka sampai tepat waktu dan terbebas dari hukuman.

☁☁☁

Jingga menghela nafas lega, ia sampai di sekolah tepat waktu. Namun kelegaannya tidak berlangsung lama saat ia menyadari dasinya tertinggal di rumah. Jingga berdecak, percuma ia datang tepat waktu tapi tetap saja akan menerima hukuman karena tidak menggunakan atribut lengkap saat upacara.

Setelah mengucapkan terimakasih pada sosok asing yang menawarkannya tumpangan, Jingga berjalan menuju kelasnya, tapi baru beberapa langkah ia bisa merasakan tangan kanannya ditahan. Cewek itu menoleh, sebelah alisnya terangkat saat mendapati cowok asing itu menahan tangannya.

"Nih pakai dasi gue"

"Nggak usah, makasih" tolak Jingga halus seraya melepaskan tangannya dari genggaman cowok tersebut.

"Pakai aja, lo mau dihukum?"

Jingga terdiam, ia ragu untuk menerima dasi cowok itu karena jika ia terima maka cowok itu yang akan terkena hukuman. Tapi, jika ia tidak menerimanya maka dirinya lah yang akan terkena hukuman dan melewati mata pelajaran pertama.

"Lo gimana?" tanya Jingga ragu.

Cowok itu tersenyum hingga dua lubang kecil di pipinya terbentuk sempurna membuat Jingga terdiam kaku.

"Gue udah biasa dihukum, nih pasang sendiri atau gue yang pasangin" jawabnya santai.

Jingga menggeleng cepat, buru-buru ia meraih dasi milik cowok yang belum ia ketahui namanya. Namun, belum sempat ia mengalungkan dasi tersebut di lehernya, sebuah tangan sudah lebih dahulu merebut dasi tersebut dan membuangnya.

Jingga cukup terkejut dengan kejadian tadi, ia menoleh ke samping dan mendapati Fabian berdiri di sana dengan tatapan tajam serta wajah memerah. Belum sempat ia bertanya, Fabian sudah lebih dulu menariknya dan membawanya menjauh dari hadapan cowok asing tersebut.

FABIANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang