40

2K 324 147
                                    

Tandai typo...

Happy reading...

***

Hari pertama ujian sekolah bagi murid-murid kelas dua belas sama dengan hari pertama libur bagi murid-murid kelas sepuluh dan sebelas. Jingga lumayan senang karena ia bisa membantu mamanya membereskan rumah pagi ini. Kehidupannya sekarang jauh lebih tenang karena mama dan papanya resmi bercerai. Jingga tidak perlu takut lagi sekarang karena papanya tidak akan kembali lagi ke rumah mereka. Walaupun Jingga membenci papanya, tapi ia tidak bisa berbohong kalau dirinya juga menyayangi sosok laki-laki itu.

"Jingga, tolong lap kaca jendela bagian luar, biar mama lap yang bagian dalamnya"

"Siap ma" balas Jingga, dengan semangat ia meraih ember kecil dan kain yang diberikan mamanya.

Jingga membuka pintu rumahnya, cukup terkejut karena bersamaan dengan Fabian yang baru turun dari motornya. Jingga meletakkan ember kecil di atas meja dekat pintu rumahnya, cewek itu melemparkan senyum saat Fabian sudah tiba di depannya.

"Kenapa kesini?" Tanya Jingga, tangannya reflek terangkat menyisir rambut berantakan Fabian menggunakan jari-jarinya.

"Mau minta doa" jawab Fabian disertai senyuman menenangkannya, jangan lupakan kedua tangannya yang melingkari pinggang kecil Jingga.

"Kak Bian mau ujian bukan mau perang" Jingga terkekeh pelan, ia sudah selesai menyisir rambut pacarnya.

"Gue gugup, makanya doain biar tenang dan lancar ujiannya"

"Yaudah, semoga ujiannya lancar, jangan nyontek!"

"Gitu doang?"

"Iya, emang apa lagi?"

"Nggak mau semangatin gue?"

Jingga tersenyum, cewek itu mengangkat tangannya di depan wajah Fabian kemudian ia kepalkan "Semangat pacar"

Fabian tidak tahan untuk tidak tersenyum, pemandangan pagi yang begitu indah. Pilihannya kerumah Jingga sebelum ke sekolah adalah hal yang tepat buktinya ia merasa energinya terisi dengan mudah hanya melihat wajah cantik pacarnya.

"Mau minta sarapan boleh?" Tanya Fabian.

Jingga tentu mengangguk "Ayo masuk, mama udah masak" Jingga menggenggam tangan Fabian berniat agar cowok itu mengikutinya, tapi Fabian tidak bergerak sama sekali. Cowok itu justru membalikkan posisi tangannya, bukan tangan Jingga lagi yang menggenggam tangannya melainkan sebaliknya.

"Bukan sarapan yang itu" gumam Fabian setelah berhasil menarik Jingga hingga cewek itu hampir menabrak tubuhnya.

Jingga belum paham dengan kata-kata Fabian, ingin bertanya tapi gerakan Fabian selanjutnya membuat cewek itu mematung dengan debaran jantung yang menggila, Jingga bisa merasakan lututnya melemas karena perbuatan Fabian. Cowok itu mencium pipinya.

"Lo ng-ngapain?" Tanya Jingga gugup.

Fabian tersenyum tipis "Baru selesai sarapan" jawabnya tenang, rasanya Jingga ingin melempar Fabian menggunakan ember kecil yang ia bawa sebelumnya. Bisa-bisanya Fabian nekat menciumnya di depan rumah, bagaimana kalau mama atau tetangganya melihat?

"Dasar buaya, gimana kalo mama gue liat?" Amuk Jingga, cewek itu mencubit Fabian dengan brutal.

"Bukan kalo lagi tapi udah" lagi-lagi Fabian membalas dengan santai membuat Jingga melotot kemudian membalikan badannya, benar saja mamanya berdiri dibalik jendela kaca transparan seraya tersenyum menggoda.

Jingga meringis, Fabian kurang ajar. Jingga kembali menatap Fabian tajam, mengangkat tangannya berniat memukul kepala Fabian. Namun gagal karena reflek bagus cowok itu yang berhasil menangkap tangannya lebih dulu.

FABIANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang