34

1.5K 299 261
                                    


Annyeong yeorobun...

Sebelum kalian membaca, absen dulu kuy siapa aja yang nungguin cerita ini...

Jangan lupa spam love ijo disini!!

Tandai typo dan vote sebelum mulai membaca...

Happy reading...

***

Seperti tahun-tahun sebelumnya, SMA Tri Sakti mengadakan perlombaan olahraga yang memperbolehkan siswa-siswi sekolah lain ikut mendaftar. Perlombaan olahraga yang terlaksana selama dua minggu membawa keuntungan bagi siswa-siswi, selain tidak belajar mereka juga bebas membawa masuk teman atau pasangan yang bukan murid SMA Tri Sakti.

Tapi tidak enaknya anak-anak kelas dua belas tidak diizinkan mengikuti lomba dengan alasan mereka sebentar lagi akan menghadapi ujian nasional, mereka diwajibkan fokus belajar bahkan les untuk setiap mapel pilihan sudah dimulai seminggu yang lalu.

Kini suasana SMA Tri Sakti tampak padat dengan murid-murid SMA lain, mulai dari yang mengikuti lomba atau hanya sekedar menonton jalannya perlombaan.

Jingga berjalan menyusuri koridor menuju kelasnya, ia ingin cepat-cepat sampai karena suasana bising saat ini mengganggu ketenangannya.

Jingga menghela nafas saat dirinya berhasil duduk di bangkunya. Jingga menatap sekeliling, kelasnya tampak sepi mungkin karena para penghuninya sudah berpindah tempat kelapangan.

Tukk

Suara botol beradu dengan meja kayu membuyarkan lamunan Jingga, cewek bermata teduh itu mendongak, tersenyum ketika mendapati Satria lah yang berdiri di depan mejanya.

"Jangan lupa diminum biar lo segar, masih pagi tapi muka lo udah kusut" ujar Satria seraya menarik bangku yang berada di dekatnya dan mendudukan dirinya di depan Jingga.

Jingga meraih air mineral yang Satria berikan, meminumnya hingga tersisa setengah.

"Gimana perasaan lo?" Tanya Satria.

"Baik"

Kemarin, setelah hujan reda Satria membawa Jingga pulang ke rumahnya, Jingga awalnya ragu namun melihat orangtua Satria yang menyambutnya dengan hangat membuat cewek itu sedikit lebih nyaman. Jingga akui orangtua Satria sangat baik dan penyayang terutama bunda, jadi Jingga tidak heran darimana asal kebaikan Satria yang merupakan turunan dari orangtuanya. Pelukan bunda Satria sama hangatnya dengan pelukan mamanya membuat Jingga betah berlama-lama dengan bunda. Padahal mereka baru kenal tapi entah kenapa Jingga begitu menyayangi wanita paruh baya itu.

"Iyalah baik, lo semalaman dipeluk bunda" ujar Satria pura-pura kesal.

Jingga tertawa mendengar nada bicara cowok itu "Kak" panggilnya.

"Hm?"

"Makasih banyak, sekarang gue tau kalo tuhan masih sayang sama gue buktinya dia ngirim orang baik kayak lo di hidup gue" Ujar Jingga, senyum hangat nan tulus tercetak di bibir tipisnya.

Satria terdiam, cowok itu masih mencerna dengan lambat ucapan Jingga, di tambah detak jantungnya yang mulai berulah membuat ia terdiam kaku.

FABIANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang