️04

6.3K 647 37
                                    


Budayakan vote sebelum membaca...

Happy reading...

☁️☁️☁️

Langkah Jingga semakin pelan kala kakinya semakin mendekati pintu besar bercat putih. Telinganya dapat mendengar teriakan kesakitan yang berasal dari dalam rumahnya.
Jingga meremas sisi roknya kuat, tubuhnya tiba-tiba bergetar karena takut. Suara benda jatuh yang begitu nyaring membuat Jingga tersentak kaget. Air matanya jatuh begitu saja.

Sudah sering terjadi, papanya pulang dan melakukan kekerasa pada mamanya, bahkan dirinya juga. Jingga tidak tahu kenapa papanya berubah dan memukul mamanya ketika pulang ke rumah. Tidak ada keharmonisan lagi dalam keluarganya, yang ada hanya perasaan cemas dan takut kala laki-laki yang dipanggilnya 'papa' itu datang. Jingga benci papanya, sangat. Papanya jahat karena sering melukai sosok sebaik mamanya.

Perlahan tangan Jingga terangkat, mendorong pelan pintu besar didepannya. Pemandangan yang ia lihat pertama kali adalah papanya yang sedang menarik kuat rambut mamanya, luka lebam di pipi dan darah yang mengalir melewati pelipis mamanya membuat jantung Jingga berdetak kuat. Hatinya seperti teriris oleh benda tajam tak kasat mata melihat kondisi mamanya seperti itu.

"Papa cukup! Salah mama apa sampai papa tega mukulin mama? Papa berubah, papa jahat!" Jingga sudah tidak tahan. Terserah jika setelah ini dirinya yang akan menggantikan mamanya untuk dipukuli. Ia tidak mau mamanya menanggung sakit lebih banyak lagi.

Jingga berusaha melepaskan tangan papanya dari rambut mamanya. Tubuh rapuh mamanya terjatuh begitu papanya melepaskan cengkramannya.

Jingga melangkah mendekati mamanya, tapi tertahan saat tiba-tiba rambutnya ditarik oleh papanya. Jingga terdiam, merasakan sakit di kulit kepalanya. Tamparan keras dari tangan besar papanya mendarat di pipi kanannya. Jingga meringis pelan, sudut bibirnya sobek.

"Jangan pernah berani lawan papa, ini belum seberapa Jingga!"

Laki-laki paruh baya itu pergi setelah menghempaskan tubuh Jingga kuat. Cewek bermata teduh itu berjalan mendekati mamanya.

"Mama..hiks..maafin Tasha nggak bisa jagain mama"

Wanita paruh baya itu menggeleng, berusaha menampilkan senyumnya untuk Jingga.
"Mama nggak apa-apa, jangan khawatir"

"Hiks...Tasha benci papa, Tasha-"

"Nggak boleh gitu, gimanapun dia tetap papanya Tasha. Tasha harus sayang sama papa"

Jingga tersenyum getir, kenapa keluarganya sangat berantakan. Jingga benci berada dalam situasi seperti ini, penuh ketakutan dan kebencian. Jingga rindu keluarganya yang harmonis seperti dulu. Sekarang semuanya sudah berubah, keluarganya kacau dan tak terkendali. Papanya sudah berubah menjadi sosok yang asing bagi Jingga. Papanya yang penuh kasih sayang tergantikan menjadi papanya yang kasar dan tidak berperasaan. Jingga benci papanya, Jingga benci laki-laki. Laki-laki itu menyeramkan bagi Jingga, ucapannya tidak bisa dipegang, mereka semua pembohong.

☁️☁️☁️

Fabian menunduk dalam saat kakinya memasuki area sekolahnya, cowok itu tampil tertutup hari ini. Topi hitam ditambah tudung hoodie nya menutupi kepalanya serta masker yang menutupi setengah wajahnya.

Bukan tanpa alasan Fabian berpenampilan demikian, ini semua gara kakak iparnya lebih tepatnya calon keponakannya yang luar biasa. Belum lahir saja sudah menyusahkan, kemarin lebih tepatnya sore hari rambut Fabian dipangkas habis karena permintaan kakak iparnya. Cowok itu sudah menolak mentah-mentah, tapi ancaman sang papa membuatnya menurut. Entah butuh berapa lama sampai rambut Fabian kembali tumbuh.

FABIANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang