️08

5.2K 671 108
                                    

Adakah yang nunggu cerita Fabian up?
Kuy absen dulu.

Budayakan vote sebelum membaca...
Yang nyider kita kemusuhan!!

Happy reading...

☁️☁️☁️

Pagi ini Jingga terpaksa berangkat sekolah meskipun keadaannya dalam kategori tidak baik. Ulangan harian Biologi dan pengambilan nilai di mata pelajaran penjaskes mengharuskannya datang ke sekolah tercinta.
Ia berangkat dari rumah sakit karena tiga hari terakhir mamanya dirawat disana.

Jingga berusaha untuk tidak menangis saat kakinya ia paksa untuk berjalan, rasanya benar-benar sakit. Kemarin dokter menyarankan untuk tidak bergerak dulu karena tulang pergelangan kakinya retak. Separah itu tapi Jingga tetap menganggapnya bukan apa-apa. Cewek itu memang keras kepala.

Melihat halte yang berjarak lumayan dekat dari rumah sakit membuat Jingga sedikit lega karena ia tidak perlu berjalan jauh.

Cewek itu langsung mendudukan dirinya begitu sampai di halte, ia sudah tidak kuat, jangankan berjalan, berdiri saja kakinya terasa sangat sakit.

Tak perlu menunggu lama, bus yang Jingga tunggu datang. Cewek itu langsung bergegas menaikinya dan memilih duduk di kursi paling belakang dekat jendela.

☁️☁️☁️

"Woi, mau kemana lo?" teriakan Boni mengisi ruang kelas XII IPA 7 saat Fabian keluar dari kelas setelah bel masuk berbunyi.

"Bolos ke atap" jawab Fabian santai. Cowok itu tak menghentikan langkahnya, di saku seragamnya sudah tersimpan rapi kotak rokok. Benda yang selama ini Fabian sembunyikan dari keluarganya, tidak ada satupun anggota keluarganya yang mengetahui kenakalannya yang satu ini.

Bagi Fabian, rokok adalah sahabat baiknya. Rokok mampu menenangkannya disaat ia merasa tertekan dan setres. Jadi sangat kecil kemungkinan bagi cowok itu untuk berhenti merokok.

Langkah Fabian mendadak terhenti saat kakinya hampir melewati lapangan, di tengah sana tampak penghuni kelas X IPA 1 sedang melakukan pemanasan. Mata Fabian langsung terfokus pada seorang cewek dengan rambut dikuncir asal, mata teduhnya menyipit karena sinar matahari menerpa wajahnya.

Tanpa sadar kedua sudut bibir Fabian terangkat membentuk senyuman indahnya. Cowok itu bahkan sudah lupa tujuan awalnya dan memilih duduk di bangku panjang yang sudah tersedia di pinggir lapangan.

"Calon pacar gue cantik banget" gumamnya seraya menyentuh dada kirinya yang berdetak kuat. Sensasi yang tidak pernah Fabian rasakan saat sedang melihat cewek incarannya yang lain. Jingga berbeda, hanya cewek itu yang mampu membuat jantungnya berdetak cepat, hanya cewek itu juga yang mampu mengacaukan pikirannya. Dan tekad Fabian sudah bulat, ia harus mendapatkan cewek itu.

Mata Fabian memicing, cowok itu mencondongkan tubuhnya ke depan, memperhatikan lekat-lekat apa yang baru saja terjadi pada Jingga.

Tanpa pikir panjang Fabian langsung berlari ke tengah lapangan dengan kedua tangan terkepal sempurna. Cowok itu melayangkan tinjunya pada seorang cowok yang menyebabkan Jingga terjatuh hingga membuat cewek itu menangis.

Semua siswi yang menyaksikan menjerit kaget, tidak menyangka Fabian akan tiba-tiba muncul di tengah-tengah mereka. Tak terkecuali Jingga, cewek itu sama terkejutnya dengan siswi yang lain.

"Panggil pak Dodi woi, yang cowok-cowok bantu gue pisahin mereka" suara Dani selaku ketua kelas di kelas Jingga. Siswa penghuni kelas X IPA 1 menurut perintah sang ketua, mereka mulai berdekatan berusaha menghentikan perkelahian yang terjadi.

Berbeda dengan Mita dan Sindy yang berusaha menenangkan Jingga. Cewek itu memejamkan matanya kuat di dalam pelukan Mita, kedua tangannya bergerak menutup telinganya dengan kuat. Bayangan-bayangan papanya memukul sang mama kembali melintas di pikirannya membuat cewek itu ketakutan.

FABIANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang