Anyyong!!
Apa kabs?
Hehe, kemaren komennya dikit bgt males deh. Aku emang lagi males ngetik anjir. Tapi tenang aja, ini cerita bakalan cepet aku tamatin.Tapi aku malah mikir pengen bikin sequel alias chapter 2 dari DAY. Setuju gasih? Masih wacana sih. Palagi bentar lagi aku masuk kuliah lagi. Jadi, sebelum aku sibuk dan kslian kugantung, mending aku tamatin. Semoga kelar ga sampe 2 minggu ini ya.
Spin of DAY dah aku draft. Yang kepo ama kisahnya temennya mereka aku siapin dulss. Wkwkw.
Dah ya, semangkuy semua.
Lopyu ❤Happy reading 🌈
***
Jika diberi satu kesempatan, aku hanya ingin mengganti semua waktu kita yang terbuang sia-sia.
- Dania Aprillya -
Music by :
Hurts so good - Astrid S. 🎶****
"Gavin tolong, hikss... "
Semua sontak terkejut ketika mendengar pekikan Gavin. Diawali dengan Nathan yang mendekat, disusul Kiano, Jean, Keira dan Shafa. Mereka semua terbelalak melihat Prilly tengah bergantung pada ranting pohon, ditepi tebing curam dimana dibawah sana terdapat jurang.
"Pril! Astaga, lo kenapa bisa ada disana!" teriak Gavin panik. "Sini!" Gavin hendak turun dengan nekat untuk membantu gadis itu namun dengan segera ditahan Nathan.
"Lo gila?!" cegah Nathan dengan suara meninggi.
Gavin menepis tangan Nathan kasar, "Terus lo mau Prilly mati jatuh ke jurang hah?" teriak Gavin kalap.
"Gak gitu!" Nathan menoleh kesekitar, "Kita pake ranting! Lo itu mikir, tanah ini licin, kalau lo ikut jatuh, lo pikir siapa yang repot hah? Jangan bego mendadak deh Gav!"
Nathan meraih sebuah kayu yang dirasa cukup kuat untuk menarik Prilly.
"Ga ada yang bawa tambang? Biar lebih cepet?" tanya Kiano yang khawatir melihat keadaan Prilly dibawah sana.
"Pril, bertahan ya! Gue yakin lo kuat!" Shafa, Jean dan Keira panik setengah mati.
"Buruan kek Nath!" teriak Jean ikut kalap. "Kalau Prilly jatuh gimana! Cepet!"
"Sabar!" Nathan memang panik, namun sebisa mungkin dia tidak bertindak gegabah. "Bantuin gue," ujarnya ketika melihat kondisi tebing curam itu pasti sangat licin.
"Nath, mending lo iket aja, gue kebetulan bawa tali," kata Jidan mengeluarkan seutas tambang dari tasnya. Memang cowok itu ditugaskan membawa tas berisi beberapa obat dan juga peralatan seperti senter dan tas yang akhirnya dibawa Jean saat Jidan menggendongnya tadi.
Nathan mengangguk, "Buruan!" katanya.
"Hikss.. Tolong, gue takut.." Prilly menatap kebawah dengan perasaan kalut luar biasa. Pegangannya pada akar kayu mulai melemah. Entah berapa lama gadis itu bergelantung disana. Ditambah kakinya yang sakit menyulitkan geraknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny And You [ COMPLETE ]
Fanfiction[ FOLLOW FIRST! ] Follow first buat membaca becoz ada beberapa part yang diprivat. Tak kenal maka tak sayang. Jadi, ayo kenalan dulu sama authornya. Haii aku Keiraa ❤ Don't jugde the book by its cover. Ini bukan cerita cinta Ali Prilly doang kok di...