🏢🏢🏢
Taeyong berjalan ke rumahnya nyaris tanpa nyawa. Namun bersyukur kakinya membawanya ke tempat yang tepat.
Ia benar-benar tidak habis pikir mengapa bos tampan yang kelihatan sangat bijaksana dan penuh wibawa tiba-tiba memperlakukannya begitu rendah.
Bayangkan saja, selama beberapa menit diruangan, Jaehyun meraba-rabanya bahkan sampai ke bagian intim.
Taeyong bukan tidak bisa melawan. Namun ia berpikir dua kali sebelum menghilangkan pekerjaan ibunya yang sudah bersusah payah menghidupi mereka.
/flashback/
"..Kau hanya perlu datang ketika aku 'membutuhkanmu' dan membiarkanku menyentuh seluruh tubuhmu.. seperti ini.."
Taeyong menggigit bibir ketika mulut Jaehyun menggelitik telinganya, ditambah kedua tangan pria itu menjamah kemana-mana. Satu tangan di paha, dan satu lagi di nipple-nya.
Karena Jaehyun sempat mengunci pintu, jadi Taeyong tahu bahwa dia tidak akan bisa kabur. Kemungkinan terbesar jika ia berusaha melarikan diri hanyalah Jaehyun akan memperkosanya. Dan tidak akan ada yang percaya jika Taeyong mengadukannya pada siapapun, baik Hyori bahkan mungkin ibunya sendiri.
Lagipula setelah dilihat, ruangan Jaehyun tidak ada cctv-nya..
Jadi itu sebabnya dia berani melakukan hal sehina ini dengan bebas, karena tidak akan ada 'barang bukti'.
Taeyong menelan ludah. Semua sentuhan Jaehyun benar-benar sesuatu yang sangat asing untuk diterima indera perangsangnya.
Lalu bagaimana cara menyudahinya? Jika Jaehyun berhasil 'mendapatkanya' maka itu sama saja Taeyong sudah kehilangan harga diri.
"Engmmhh.. Sa..sajangnim.. bisakah.. aku.. memikirkannya? Tolong berikan aku waktu.. "
"Berapa lama? Terus terang saja aku tidak punya banyak waktu, mungkin tawaranku sudah tidak berlaku jika kau tidak kunjung memberikan jawaban,"
"Se..secepatnya.. aku akan.. segera menemuimu.." Taeyong mengangguk, memberikan kepastian pada Jaehyun meski ia sendiri sudah berkeringat dingin.
Jaehyun menaikkan sebelah alisnya, sedikit meragukan janji Taeyong.
"Baiklah. Aku akan selalu menunggu di ruangan ini, silahkan datang kapanpun kau mau,"
Jaehyun mengecup belakang leher Taeyong dengan kedua tangan sempat mengelus pahanya sebelum dengan berat hati menyudahi cumbuannya.
Ia kembali duduk diatas meja dan menyodorkan ponsel pada Taeyong.
"Aku butuh nomor ponselmu."
Taeyong mengedipkan mata gugup. Tetapi ia berusaha sebisa mungkin tidak menunjukkannya pada Jaehyun. Lalu menerima ponsel mahal pria ranum itu dan mengetikkan beberapa digit angka yang menjadi nomor ponselnya.
Merasa ragu, Jaehyun mencoba menghubungi nomor yang diberikan Taeyong. Tetapi dugaannya tidak sesuai karena nomor itu ternyata memang nomor Taeyong. Terbukti dengan bunyi samar yang berdering di kantong celana Taeyong.
"Ka..kalau begitu, bolehkah aku.. kembali bekerja?"
Jaehyun beralih dari ponselnya yang semula sibuk mengetikkan nama Taeyong untuk disimpan. Ia mengangguk.
Menelan ludah, Taeyong beranjak dengan hati-hati. Mencoba tampak baik-baik saja, berkebalikan dengan yang sebenarnya.
Ia merapikan penampilannya yang mungkin jadi sedikit berantakan gara-gara tangan nakal Jaehyun. Lalu berjalan menuju pintu keluar.
Jaehyun beranjak dari duduknya setelah menyadari bahwa sepertinya Taeyong kesulitan membuka pintu ruangannya yang ia kunci.
Kehadirannya dibelakang Taeyong yang terlalu dekat membuat Taeyong terperanjat, tetapi syukurlah Taeyong bisa menguasai ekspresi dengan cepat sehingga ia yakin Jaehyun tak akan menyadari ketakutannya.
Daripada membantu membukakan pintu, posisi Jaehyun lebih tepat disebut dengan menghimpit Taeyong. Bahkan jarak selangkangannya dengan bokong sintal Taeyong hanya beberapa senti saja.
Jika Jaehyun memang sudah diujung ia bisa langsung menggesekkannya dengan belahan bokong Taeyong yang terbungkus celana.
/flashback end/
Taeyong menghentikan langkahnya yang hanya tinggal beberapa langkah saja menuju rumahnya.
Beberapa pria tampak berbicara dengan sang ayah didepan gerbang rumah mereka. Pria-pria itu masih seumuran dengan ayahnya. Namun pembicaraan mereka sepertinya bukanlah sesuatu yang baik dan kehadiran Taeyong mungkin tidak tepat.
Setelah orang-orang itu pergi Taeyong pun melanjutkan langkah. Ketika masih melepas kedua sepatunya sang ayah tiba-tiba saja mengambil tasnya yang diletakkan di lantai dan mengeluarkan isinya.
Taeyong yang kebingunganpun lantas memandang perilaku sang ayah. Namun belum ia sempat bertanya sang ayah mendahuluinya.
"Dimana uangnya? Berikan padaku!" Perintah sang ayah sambil menadahkan tangan.
"Uang apa, ayah?"
Pertanyaan Taeyong membuat ekspresi Joowon yang semula cukup sabar menjadi kesal.
"Kau sudah bekerja di dua tempat dan masih tidak punya uang?? Yang benar saja! Apa kau sengaja menyembunyikannya dariku? Atau jangan-jangan kau menghabiskan gajimu untuk menggunakan obat-obatan? Hahh!?"
Sambil menyimpan kembali perkakas sekolahnya yang berserakan, Taeyong menjawab.
"Ayah... ini baru pertengahan bulan dan gajiku baru akan keluar dua minggu lagi. Apa ayah tidak ingat? Gajiku dan gaji ibu sudah habis untuk membayar hutangmu!"
"Jadi kau menyalahkanku? Memangnya kau pikir aku berhutang untuk apa? Agar aku bisa mendapatkan uang yang lebih banyak untuk kalian semua jika aku menang judi!"
"Kapan ayah menang?! Setiap hari ayah hanya menghabiskan uang ibu yang sudah susah payah bekerja!"
"Jadi menurutmu aku tidak bekerja? Tau apa kau tentang keluarga ini? Memangnya kau pikir darimana kau disekolahkan dan bisa dibesarkan seperti sekarang?!"
Meski tidak memiliki jawaban, namun Taeyong yakin 90% biaya kehidupan mereka adalah hasil jerih payah ibunya.
"Aku tidak mau tahu, pokoknya besok kau harus berikan uang padaku!"
Taeyong menggertakkan giginya dengan ekor mata mengikuti arah kepergian Joowon. Pria yang satu tahun lebih muda dari ibunya itu memakai sandal dan pergi keluar.
Tbc.
05.02.2021
KAMU SEDANG MEMBACA
I WANT YOU SO BAD [JaeYong]
Tiểu Thuyết ChungEntah kenapa Jaehyun si direktur tampan sangat "menginginkan" cleaning service bernama Taeyong yang masih 18 tahun untuk "memuaskannya". [START POSTED 21.01.27]
![I WANT YOU SO BAD [JaeYong]](https://img.wattpad.com/cover/257435318-64-k341977.jpg)