Jaehyun sudah menghitung semuanya. Dan jumlah uang-uang itu pas, tak berkurang sepeserpun. Padahal Jaehyun yakin kedatangan Taeyong barusan benar-benar mencurigakan, seperti menyembunyikan sesuatu.
Tetapi baguslah jika kecurigaan Jaehyun tidak terjadi, itu berarti Taeyong tak seburuk perkiraannya.
🏢🏢🏢
Sang pemilik toko barang bekas melihat jam tangan yang diberikan pelanggannya dengan bantuan kaca pembesar.
"Aku bisa mendapatkan berapa?" Tanya Taeyong setelah sekian lama hanya berdiam diri dan menunggu.
Pemilik toko tersebut yang sejak tadi membelakangi Taeyong untuk mengamati keaslian jam tangan yang dibawanya pun kini berbalik.
"Karena ini seri lama, jadi aku hanya bisa memberikanmu 20 juta, itupun sudah lumayan. Biasanya orang-orang menjual seri seperti ini bisa 15 jutaan saja untuk versi bekasnya." Kata sang pemilik sambil meletakkan jam tangan itu di meja.
"Apa tidak bisa lebih tinggi? Aku membelinya di luar negeri, loh! Memangnya kau tidak menghitung ongkos pesawatnya juga?" Sulut Taeyong sedikit jengkel, ia benar-benar sangat membutuhkan uang yang banyak sekarang ini.
Sang pemilik tersenyum masam. "Itu sudah penawaranku paling tinggi, Anak Muda. Apa kau berani taruhan? Aku bisa mendapatkan persis yang seperti ini dengan menambah 3 juta saja, dan itu baru, berikut sertifikatnya."
Taeyong berdecak dan akhirnya menyodorkan jam itu kembali.
"Baiklah, baiklah. Berikan padaku,"
🏢🏢🏢
Taeyong menghela napasnya berat. Yang ia bayar barusan hanyalah sebagian kecil dari total biaya yang diperlukan. Bahkan tidak sampai seperdelapannya. Lalu berikutnya, kemana lagi ia harus mencari sisanya?
"Ini sudah lewat satu minggu! Dimana janjimu yang akan membayar hutang?!! Kau mau ku bakar hidup-hidup hah?!"
"Ku mohon beri aku waktu, aku akan segera membayarnya padamu."
"Cih! Bualan apalagi yang akan kau janjikan padaku? Aku mau uangku kembali! Kau kemarin bilang akan memenangkan judi untukku kan? Tapi mana??? Dasar b*jingan!!!"
Kemudian terdengar suara baku hantam di luar kamarnya. Taeyong sebenarnya tidak kuat mendengar, bahkan terakhir kali ia ingin membela ayahnya, ayahnya malah mengajukan dirinya pada mereka sebagai jaminan.
Sesaat kemudian suara babak belur yang berasal dari luar kamarnya itu redam. Namun langkah kaki yang tiba-tiba mendekat ke kamarnya mengejutkan disertai dengan bayangan. Dan kemudian pintu kamarnya terbuka.
"Aku sudah muak dengan omong-kosong ayahmu. Jadi sebaiknya tunjukkanlah bahwa kau memang berbakti sebagai anak!" Pria tua yang baru saja menyuruh orang-orangnya memukul ayahnya itu meraih pergelangan tangan Taeyong dan memaksa untuk ikut dengannya.
"Tidak mau!!!!!! Lepaskan!" Taeyong berusaha menarik tangannya sendiri.
"Beraninya kau melawan!"
"B-berhenti! Aku akan membayar hutang ayahku sebagian," Taeyong menelan dalam salivanya. Ia dapat melihat tatapan ayahnya yang cukup mengerikan dari seberang ruang tamu. Tapi Taeyong tidak punya pilihan lain. Ia juga harus melindungi dirinya sendiri.
Taeyong membuka kotak sepatu dan mengambil beberapa lembar uang yang disembunyikan dibawah kertas alas sepatu tersebut.
"Sisanya akan segera menyusul.." jawab Taeyong ditengah ketakutannya. Ia berkeringat dingin, sementara sang ayah sudah terkapar berdarah. Bukannya tak punya rasa iba, tetapi apa yang didapatkan ayahnya adalah hasil dari perbuatannya sendiri, dan Taeyong sudah lelah menanggung semua keegoisan ayahnya. Termasuk ibunya yang masuk rumah sakit karena memaksakan diri bekerja ditengah usia dan kesehatannya yang sudah melemah.
" Anak baik.." Rentenir paruh baya itu menepuk-nepuk kepala Taeyong dengan uang yang baru diberikan padanya. "Teruslah berbakti pada orangtuamu karena mereka sangat payah." Imbuhnya sebelum kemudian angkat kaki dari kediaman Taeyong.
Sepeninggal mereka, sang ayah yang beberapa bagian tubuhnya berdarah menghampiri Taeyong dengan tergopoh-gopoh.
"Anak macam apa kau ini?! Kau membiarkan orang lain memukuli ayahmu padahal kau bisa mencegahnya!" Cercah Joowon sambil mengguncang bahu Taeyong.
"Kenapa aku harus mencegah mereka? Kau yang harusnya membayar hutangmu bukan aku!"
"Benar-benar kurang ajar!" Maki Joowon sambil menghempaskan guncangannya pada bahu Taeyong. Ia menghampiri kotak sepatu yang tadi sempat diperhatikannya sebagai tempat penyimpanan uang. "Sekarang mana?" Tanyanya karena tak menemukan sisa uang sepeserpun disana. "Berikan padaku semua uang yang kau miliki!"
Taeyong hanya diam ditempatnya sambil melihat tingkah laku ayahnya yang menyebalkan.
"Apa kau tidak mendengarku?!! Beritahu dimana kau menyimpan uangnya lagi, Dasar Anak Sialan!"
Bahu Taeyong reflek bergidik ketika pria yang menjadi ayahnya itu memecahkan bingkai foto yang berisi foto BoA yang bersama Taeyong kecil.
🏢🏢🏢
Jaehyun baru saja datang ketika Taeyong sedang mengelap kaca. Mata keduanya sempat bertatapan selagi Jaehyun menunggu pintu kaca terbuka otomatis dengan sensor yang tersedia. Namun hanya beberapa detik karena Taeyong langsung mengalihkan pandangan dan fokus pada pekerjaannya.
Tak selang beberapa menit kemudian, Taeyong menerima pesan di ponselnya. Isinya sama seperti pagi yang sebelumnya.
🏢🏢🏢
"Masuk."
Jaehyun berucap sambil memeriksa dokumen-dokumen yang ada di mejanya.
Sang pelaku pengetuk pintu meletakkan kantong kertas berisi pesanan Jaehyun diatas mejanya. "Ini sarapanmu. Kalau uangnya mau diganti saat gajian tidak apa-apa," ucapnya singkat lalu berbalik badan.
"Tunggu."
Akan tetapi perintah Jaehyun membuat Taeyong urung pergi.
"Kenapa kau memakai masker di wilayahku?"
"Apa ada larangan?" Tanya Taeyong kembali.
"Mungkin memang tidak ada. Tapi itu sedikit membuat pandanganku terganggu." Sangkal Jaehyun. Ia hanya ingin tahu mengapa Taeyong menutupi wajah cantiknya. Padahal itulah asupan fantasi Jaehyun setiap hari selama tidak ada kerjaan diruangannya.
"Bukan masalah besar kan? Kau hanya tidak perlu memandangku. Kalau begitu permisi," Taeyong sedikit menunduk sebagai hormat sebelum kemudian benar-benar pergi.
Tentu saja Jaehyun tahu itu tanpa Taeyong harus menegaskan. Dan Jaehyun juga tahu bahwa dia tidak berhak melarang Taeyong karena mereka bukan dua orang yang memiliki hubungan spesial.
Jaehyun tidak perlu menengok kalau tidak mau. Masalahnya selama lima tahun ia duduk di kantor belum ada "pemandangan indah" yang bisa ia lihat seperti sekarang ini. Sayangnya, posisi Taeyong sangat jauh dengan dirinya. Jadi frekuensi mereka untuk bertemu akan sangat sedikit, seperti saat Jaehyun menyuruh Taeyong membelikan sarapan --yang tentu saja-- hanya alibi supaya Jaehyun bisa melihat si cleaning service cantik itu dari dekat.
Sementara untuk membersihkan ruangan kerja Jaehyun mungkin dikerjakan sangat pagi sebelum orang-orang kantor datang. Selain itu, belum tentu juga Taeyong yang membersihkan ruangan orang penting semacam Jaehyun. Hyori mungkin hanya menyuruh Taeyong membersihkan bagian-bagian lantai dasar saja, mengingat Taeyong terhitung karyawan baru meskipun memakai status kepegawaian sang ibu.
🏢🏢🏢
Para karyawan departemen Jaehyun sedang beranjak dan nyaris meninggalkan ruangan ketika tiba-tiba saja diadakan briefing dadakan. Karina --sekretaris Jaehyun-- meminta maaf karena telah menyita waktu istirahat makan siang mereka.
"..Sebelumnya Jung sajangnim juga menyampaikan permintaan maaf jika ada yang merasa tersinggung. Tetapi beliau benar-benar meminta tolong padaku untuk membantunya menemukan jam tangannya yang hilang.."
Tbc.
14.02.2021 21:36
KAMU SEDANG MEMBACA
I WANT YOU SO BAD [JaeYong]
Ficción GeneralEntah kenapa Jaehyun si direktur tampan sangat "menginginkan" cleaning service bernama Taeyong yang masih 18 tahun untuk "memuaskannya". [START POSTED 21.01.27]
![I WANT YOU SO BAD [JaeYong]](https://img.wattpad.com/cover/257435318-64-k341977.jpg)