I WANT YOU SO BAD [JaeYong]

🏢 Pt. 15

Jaehyun mengambil koper kecil untuk meletakkan beberapa baju dan perkakas untuk dibawa pada saat ia keluar kota beberapa hari lagi. Ketika ia melihat ranjangnya, ia tersenyum. Untuk pertama kalinya ia bisa membawa Taeyong ke atas ranjang miliknya. Ada rasa bahagia dan puas dihati Jaehyun meski tak seutuhnya, karena waktu itu Taeyong berniat memberikannya obat tidur.

Tentu saja Jaehyun tahu kalau Taeyong meletakkan obat tidur di nakasnya. Pemuda cantik itu jauh lebih muda dan trik yang digunakannya sangat gampang ditebak oleh Jaehyun yang berusia 29 tahun. Jaehyun tersenyum mengingatnya, pasti akan sangat menggelikan melihat reaksi Taeyong jika Taeyong tahu bahwa Jaehyun waktu itu hanya pura-pura ketiduran.

Saat mereka berciuman, lidah Jaehyun menemukan pil di pipi bagian dalam Taeyong. Jaehyun memindahkan pil itu ke mulutnya supaya Taeyong berpikir rencananya berhasil. Setelah Taeyong pergi, Jaehyun mengeluarkan pil itu dari lidahnya dan mengambil dengan jarinya. Hal itu membuat Jaehyun sadar bahwa sebegitu takutnya Taeyong terhadapnya hingga melakukan cara licik untuk bisa menghindarinya.

Setidaknya pada malam itu, Jaehyun tahu bahwa tubuh Taeyong merespon dengan baik ketika Jaehyun menyentuhnya. Padahal bisa saja Taeyong teriak-teriak dan melaporkannya ke polisi atas tuduhan pemerkosaan. Oh ya, dan jangan lupakan juga kalau Jaehyun tahu Taeyong mengotak-ngatik ponselnya untuk menghapus video pencuriannya. Meskipun Jaehyun masih punya pertinggalnya di ruang cctv dan bisa mengancam Taeyong lagi kalau dia mau.

Tapi Jaehyun tidak mau. Dia ingin mempercepat semuanya. Dia ingin mengakhiri ‘persembunyiannya’ sesegera mungkin. Tidak ada yang tahu apakah ibu Taeyong akan membaik atau sebaliknya, dan itu membuat Jaehyun tidak punya banyak waktu untuk ‘menyembunyikan’ dirinya lagi.

“Hyung, selama aku tidak ada tolong ‘lihat-lihat’ Taeyong ya,” ucap Jaehyun pada seseorang yang baru ditelfonnya.

“Kenapa kau tidak ajak dia saja? Bilang kau memerlukan asisten,” ucap pria yang juga saudara tiri Jaehyun. Namun dibanding semuanya, hyung sulungnya ini yang paling perduli dengan Jaehyun.

“Tidak semudah itu, hyung. Taeyong itu cukup cerdik untuk ukuran remaja 18 tahun. Aku tidak tahu lagi apa yang dia rencanakan di kepala cantiknya itu untuk menghindariku.” Jaehyun mendengar kekehan dari lawan bicaranya.

“Kau punya hak untuk melakukan apa saja padanya, benar kan?”

Jaehyun menghela napas panjang sambil mencampakkan baju dilemarinya ke koper yang terbuka di atas ranjang. “Benar. Tapi tidak tega juga memaksanya untuk selalu menuruti kehendakku,”

“Baiklah. Semoga pekerjaanmu berjalan dengan lancar.”

“Em.” Jaehyun menutup ponselnya dan setengah melemparnya ke kasur. Ia sangat ingin bertemu dengan Taeyong saat ini, tapi ia yakin pemuda Lee itu tak akan mau bertemu di hotel pribadinya. Jaehyun juga tidak yakin kalau ia bisa mengontrol syahwatnya kalau melihat Taeyong dikamarnya.

🏢🏢🏢

“Taeyong-sshi. Tolong belikan aku pembalut.” Taeyong sedang menyemprot tanaman yang ada di sekitaran lorong lantai 17 ketika Naeun tiba-tiba menghampirinya. Jelas saja Taeyong terperangah atas perintah Naeun yang kurang beretiket. Meskipun Taeyong bawahannya, tapi bukan berarti Taeyong harus membeli semua kebutuhan pribadinya juga kan?

Melihat Taeyong yang hanya diam saja, Naeun pun mengulangi ucapannya. Bahkan ia berpikir Taeyong mungkin tuli.

“Kau tidak dengar? Aku bilang belikan pembalut! Bisa kan??”

Lagi-lagi Taeyong sama sekali tidak tahu ingin bicara apa. Ia ingin menolak tetapi tidak tahu kata-kata yang tepat untuk mengutarakannya.

“Kenapa diam saja? Kau tidak mau?” Naeun memelototkan mata dengan gigi menggertak. “Oh!” ia memejamkan mata karena tiba-tiba teringat sesuatu. “Aku lupa. Kau kan sudah merasa dekat dengan Jung-sajangnim, jadi kau sudah menganggap dirimu setara dengannya. Bukan begitu?”