🏢🏢🏢
“Taeyong... Taeyong...”
Taeyong terus saja berjalan tanpa memperdulikan orang didalam mobil yang terus memanggilnya seraya menyetarakan laju mobilnya dengan langkah cepat-cepat Taeyong.
“Taeyong... ada apa? Kenapa tiba-tiba kau seperti ini? Apa aku melakukan kesalahan?” tanya Hansol, sesekali pandangannya ke depan memastikan dia tak akan menabrak siapapun.
“Berhenti mengikutiku, hyung.”
“Oke aku minta maaf karena waktu itu menciummu di bandara, tapi kupikir—“
“Hyung,” Taeyong menghentikan langkahnya. “Aku-tidak-apa-apa.” Ujarnya meyakinkan, tetapi langkahnya dipercepat lebih dari sebelumnya.
Ia tidak mau ada staf kantor lagi yang melihatnya berkomunikasi dengan Hansol ataupun Jaehyun. Ia sudah bertekat untuk tidak lagi dekat-dekat dengan orang-orang populer di perusahaan ‘J Group’ karena ia tidak mau menghadapi masalah lagi.
Taeyong memang marah, tetapi bukan karena Hansol menciumnya, melainkan karena ia ingin menghindar.
Taeyong menunggu pintu lift rubanah terbuka setelah menekannya. Beberapa detik ia menunggu sampai pintu besi tersebut terbuka. Namun Taeyong urung memasuki meski kakinya sudah terangkat untuk melangkah.
Sesaat kelopak matanya terasa keras sehingga sulit untuk digerakkan. Taeyong bergegas membalikkan tubuh dan berjalan ke arah yang tadi baru dilaluinya, ia tidak peduli kemana ia melangkah yang penting ia tidak melihat wajah ‘bajingan’ itu lagi.
Hansol mengernyitkan dahi dengan mulut terbuka karena sejak tadi ia masih berusaha memanggil Taeyong. Pandangannya bergantian pada Taeyong yang sudah melewatinya dan Jaehyun yang hampir dekat dengannya. Adik tirinya itu berjalan santai dengan raut wajah datar, sama sekali tidak terpengaruh dengan gerak-gerik Taeyong yang seolah-olah sedang menghindari seorang pembunuh. Meskipun ya, Jaehyun sudah membunuh— membunuh harga diri Taeyong.
“Aku mau makan siang ditempat biasa. Kau mau ikut?” tanya Jaehyun ketika melewati Hansol dan berbelok menuju mobilnya yang di parkirkan tepat didepan titik Hansol berdiri.
🏢🏢🏢
“Apa yang terjadi, Jae?” Hansol langsung bertanya begitu pelayan bar pergi setelah meletakkan dua gelas besar scotch ales dimeja mereka.
Dahi Jaehyun mengerut saat menyesap bir dengan rasa karamel yang pekat bersama boozy ABV dan rich malty yang tercampur dengan baik dilidahnya itu.
“Apa maksudmu?” tanya Jaehyun kembali sambil meletakkan gelasnya. Bibir bawahnya sedikit terangkat untuk membersihkan daerah philtrumnya yang terasa agak lengket akibat busa bir yang ada di permukaan gelas.
Hansol sedikit mencondongkan tubuh dengan kedua tangan berlipat dimeja. Ia menyesap minumannya sedikit dan berbicara lebih pelan.
“Taeyong tidak mungkin menghindarimu sampai seperti itu kalau kau tidak melakukan sesuatu padanya.”
Jaehyun langsung melahap suapan pertamanya ketika greek cob salad yang menjadi makan siangnya telah sampai dimeja. Kedua matanya lebih tertarik melihat makanan yang didominasi sayur-sayuran itu daripada Hansol yang mengajaknya bicara.
Sejujurnya Jaehyun sudah malas bertemu dengan Hansol setelah kejadian di bandara, tetapi ia tidak mau terlihat kekanakan dengan mengikutcampurkan urusan pribadi dengan pekerjaan. Lagipula mereka satu ‘induk’ perusahaan. Jaehyun tidak mungkin memutuskan hubungan dan tidak berurusan lagi dengannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I WANT YOU SO BAD [JaeYong]
General FictionEntah kenapa Jaehyun si direktur tampan sangat "menginginkan" cleaning service bernama Taeyong yang masih 18 tahun untuk "memuaskannya". [START POSTED 21.01.27]
![I WANT YOU SO BAD [JaeYong]](https://img.wattpad.com/cover/257435318-64-k341977.jpg)