🏢 Pt. 22

2.3K 333 23
                                        

🏢🏢🏢

“Memangnya dia masih mau denganmu setelah kau membuatnya kecewa?”

Jaehyun menurunkan kedua jemarinya yang bertaut dibawah dagu. Matanya fokus menatap laptop, tetapi pikirannya tidak. Ia terus terpikirkan pertanyaan Yoona yang sebenarnya juga menjadi pertanyaan besar yang berkecamuk dipikirannya sejak hari itu; hari dimana ia melakukan tindakan yang impulsif pada Taeyong.

Menghela napas berat, Jaehyun menyandarkan punggung dan kepalanya ke kursi, memutarkannya ke belakang hingga posisinya menjadi membelakangi meja.

“Permisi,”

Karina mengetuk, kemudian membuat celah kecil di pintu terlebih dahulu ketika mendengar suara penyetujuan dengan nada sedikit depresi dari dalam ruangan.

“Maaf mengganggu, sajangnim. Ini hasil print-an biaya iklan produk kita yang dipasang di videotron kota,” Karina meletakkan beberapa lembar kertas yang disebutkannya dimeja Jaehyun.

Atasannya itu memutar arah kursinya yang tadi membelakangi meja.

“Kalau begitu, saya permisi—“

“Karina,”

Wanita yang lebih muda tiga tahun dari Jaehyun itu urung berbalik menuju pintu ketika Jaehyun memanggilnya.

“Soal kemarin, maaf karena aku marah-marah pada kalian. Aku hanya sedang pusing,”

Karina tersenyum dan mengangguk. “Tidak apa-apa, sajangnim. Kami mengerti,” jawabnya singkat.

“Dan tolong.. sampaikan permintaan maafku juga pada staf lainnya,”

“Baik,” sekali lagi Karina tersenyum dan keluar dari ruangan Jaehypun.

Jaehyun mengintropeksi diri dan menyadari dirinya yang kekanak-kanakan karena mengikutcampurkan masalah perasaan dan pekerjaan. Sehingga membuatnya melampiaskan kekesalannya pada stafnya yang tidak bersalah.

Hanya saja, masih ada satu orang lagi yang perlu ia datangi untuk meminta maaf. Tapi Jaehyun yakin orang itu tak akan mau memaafkannya, bahkan dia berlari ketakutan ketika mereka bertemu di rubanah.

🏢🏢🏢

“Operasinya berjalan dengan lancar. Hanya saja beliau masih memerlukan istirahat..” sang dokter menjelaskan kondisi pasien yang ditanyai Jaehyun saat ini.

Jaehyun berkunjung ke rumah sakit tempat ibu Taeyong dirawat ditengah jam makan siangnya. Selain karena sudah lama tidak melihat wanita yang sedikit lebih tua dari ibunya itu, ia juga ingin mendiskusikan soal ‘kesepakatan’ mereka.

Selama ini ia hanya menyuruh Changmin yang mengecek perkembangan kesehatan ibu Taeyong karena dokter yang menangani ibu Taeyong cukup dekat dengan ketua program studi Taeyong tersebut.

“Kalau begitu saya permisi, Jaehyun-nim.”

Jaehyun membalas bungkukan pamit sang dokter dengan hal yang sama. Ia menoleh ke kiri dan menemukan Taeyong berdiri di ujung lorong, entah sejak kapan. Meskipun tidak terlalu jelas karena jarak mereka yang agak jauh, tetapi Jaehyun melihat ada keterkejutan di raut dan bahasa tubuh pemuda cantik itu.

Jaehyun mengalihkan perhatiannya, hanya karena ia berdiri di lorong yang sama dengan kamar rawat ibu Taeyong bukan berarti dia memang menjenguk wanita tersebut, bukan? Ada banyak kamar lain di sepanjang lorong tersebut.

Tetapi Jaehyun tidak ingin membuang-buang waktu lagi. Sudah cukup enam tahun dia hanya menjadi kura-kura yang selalu melihat Taeyong dari balik tempurung. Apalagi dengan pernyataan Taeyong soal ‘jatuh cinta’, Jaehyun benar-benar takut terlambat dan kehilangan pemuda cantik itu dari segalanya.

I WANT YOU SO BAD [JaeYong]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang