🏢🏢🏢
Kegiatan menonton film di drive-in cinema berlangsung hikmat. Atau lebih tepatnya hanya Jaehyun saja. Sedangkan Taeyong, pikirannya terbagi. Entah kenapa jantungnya berdegup sedikit lebih cepat, seperti takut Jaehyun akan melakukan sesuatu.
“Aku tahu! Memang ini semua salahku. Lalu apa salah kalau aku mencoba memperbaiki hubungan denganmu menggunakan caraku?”
“Hubungan? Hubungan yang mana? Oh! Hubungan antara seorang korban yang mengaku diperkosa dan hamil yang kemudian hidup bersama pria yang memperkosanya? Hubungan itukah maksudmu?"
“Pria itu membuang kekasihnya setelah tahu bahwa kekasihnya hanya suruhan orang untuk kebutuhan project acara TV. Padahal mereka saling mencintai, menurutmu siapa yang paling jahat?”
“Tentu saja yang jadi dominan, kan dia bisa melihat kalau submisifnya benar-benar tulus mencintainya. Lagipula mereka sudah melakukan banyak hal sebagai bukti cinta, harusnya si dominan tidak boleh meninggalkan submisifnya begitu saja.”
“Aku tidak setuju. Mereka melakukan seks karena mereka sama-sama ingin, salah submisifnya siapa suruh langsung mau diajak oleh pria yang belum dikenalnya,”
Taeyong menipiskan bibir, mendengar Jaehyun berbicara secara eksplisit membuatnya bergidik sekaligus mual. Bahkan Taeyong sengaja mengganti kata ‘seks’ dengan ‘bukti cinta’ agar pikiran Jaehyun tidak menjurus kesana.
“Ngomong-ngomong, kau sudah tahu inti cerita film ini ya?” Taeyong berani taruhan kalau sajangnim-nya ini pasti sudah pernah menonton film yang sekarang mereka tonton ini, kalau tidak bagaimana mungkin ia tahu banyak tentang alur yang ada di film sementara mereka belum menonton sampai kesana?
“Ah?” Jaehyun baru sadar kalau dia terlalu ketara terlihat sengaja mengajak Taeyong menonton film yang banyak adegan dewasanya ini. “Ohh.. ti-tidak. Aku hanya mengingat yang diceritakan temanku. Mereka sudah menontonnya, hanya aku yang belum.”
🏢🏢🏢
Setelah film selesai, Jaehyun mengantar Taeyong ke sebuah bangunan apartemen yang tak pernah disinggahi Jaehyun. Tadinya Jaehyun menawarkan supaya Taeyong tinggal di kamar hotel pribadinya saja, sekalian menyuruh Taeyong membersihkannya selama Jaehyun keluar kota. Tapi Taeyong menolak dengan alasan takut dituduh jika ada barang Jaehyun yang hilang, padahal Taeyong hanya takut kalau Jaehyun melanjutkan ‘grand opening-nya’ yang belum resmi ‘dibuka’.
“Doyoungie, aku menginap disini lagi yah..!” Taeyong berseru pada sang pemilik apartemen karena tak melihatnya. Taeyong membuka sepatu dan kaos kakinya dan meletakkannya di rak kecil didepan pintu. Kakinya baru terasa bernafas setelah satu harian dia memakainya.
“Sebentar! Jangan masuk dulu!”
Taeyong urung menekan kusen pintu kamar Doyoung saat temannya itu berseru dari dalam. Taeyong sedikit mengernyit, lalu melihat ke arah rak sepatu. Oh.. ada sepatu ‘lain’ tergeletak disana, dan tentu saja Taeyong tahu kalau sepatu itu bukan milik Doyoung.
Tidak ingin keadaan canggung, Taeyong pergi ke dapur. Membasahi tenggorokannya dulu karena haus. Menemani Jaehyun nonton film sambil makan popcorn dan minum soda membuat tenggorokannya agak kering.
Tak lama kemudian terdengar pintu yang terbuka, seperti yang Taeyong duga tidak hanya Doyoung yang keluar dari sana, tapi juga seorang pria berwajah dingin yang sedikit lebih pendek dari Doyoung.
“Bye, hyung! Sampai juga besok!” Doyoung memberikan kecupan di bibir pada kekasihnya sebelum kekasihnya itu pergi. Taeyong menatap setiap langkah Doyoung yang menghampirinya dari atas gelas. Bukan menghampirinya, lebih tepatnya juga mengambil minum dari dispenser disebelah Taeyong.
Taeyong tidak mengerti mengapa orang-orang jaman sekarang sangat mudah melakukan seks dengan pacar mereka, seperti bukanlah hal yang spesial lagi untuk ditunggu saat pernikahan.
“Kau tidak takut?”. Doyoung mengernyit atas pertanyaan Taeyong. Ia meletakkan gelas dengan air putih yang nyaris habis dalam sekali teguk di meja belakangnya.
“Takut apa?”
“Taeil hyung akan meninggalkanmu setelah sudah mendapatkan semuanya darimu?” sambung Taeyong.
“Mana mungkin.” Doyoung berdecak. “Lagipula kalau mau seks dengan pacar itu tidak sembarangan, harus ada komitmen yang meyakinkan dulu dari dua belah pihak, baru bisa melakukannya.”
“Memangnya kau tahu darimana kalau Taeil hyung serius berkomitmen denganmu?”
“Sudahlah. Yang menjalani hubungan itu aku. Jadi kau tidak akan mengerti. Kau sendiri? Pacarmu mana? Sudah 18 tahun tapi belum pernah pacaran, sebentar lagi kau kan jadi 19 tahun. Memangnya lubangmu tidak gatal?”
Taeyong yang baru saja menambah minumannya tersedak. Apa-apaan temannya ini? Mengapa semenjak duduk di bangku kuliahan cara bicaranya jadi vulgar?
“Aku menjalin hubungan untuk dibawa ke pernikahan! Bukan untuk ‘dibawa’ ke tempat tidur!”
“Sama saja. Kau kan menikah yang pertama kali ditunggu pasti seks dengan suamimu. Apa bedanya? Lagipula seks saat masih pacaran dengan saat menikah itu sama. Saat pacaran kau bisa diputuskan oleh pacarmu, saat menikah kau juga bisa diceraikan oleh suamimu. Intinya sama-sama bisa berpisah.” Doyoung menceramahi seolah dia sudah berpengalaman membangun rumah tangga. Padahal mengurus rumah sendiri saja belum beres, bagaimana bisa mengurus rumah tangga bersama orang lain?
🏢🏢🏢
| Datang ke ruanganku.
Taeyong meredupkan ponselnya setelah membaca pesan dari Jaehyun. Ia memang selalu datang pagi-pagi buta, lebih awal dari cleaning service yang lain karena jam 11 siang sampai jam 3 sore dia harus kuliah, jadi Taeyong mengganti jam kerjanya dengan datang lebih awal dan pulang lebih lama.
TAPI TIDAK JAM 5 PAGI JUGA!
Walaupun judulnya sudah pagi, tapi hari masih gelap. Biasanya jam seperti ini, pasangan yang sudah menikah sangat menyukai untuk melakukan morning sex karena cuaca sejuk dan matahari belum ada.
Plak! Taeyong menampar pipinya. Lagi. Mengapa membayangkan dia mau datang ke ruangan Jaehyun jadi seperti dia mau morning sex dengan suaminya!?
“Hufh..” Taeyong menutup mata sambil menghela napas. Semoga pikiran Jaehyun hari ini cukup segar dan ‘sehat’.
🏢🏢🏢
Tok tok tok..
Jaehyun tidak menyahut dan membiarkan pintu ruangannya terbuka, kepala Taeyong muncul lebih dulu, membuat Jaehyun berpikiran kenapa remaja manis itu masih selalu sungkan kalau mau masuk ke ruangannya? Padahal sudah cukup sering keluar masuk dan bahkan bicarapun jarang formal ketika mereka hanya berdua.
Jaehyun langsung beranjak dari kursi ‘kebesarannya’ dan duduk di sofa yang biasanya diduduki oleh tamu. Ia menepuk sisi kosong disebelahnya sebagai isyarat untuk Taeyong.
“Sajangnim sudah beli sarapan? Memangnya ada yang buka pagi-pagi begini?”
Tadinya ia pikir Jaehyun memanggilnya untuk membelikannya sarapan.
“Aku membelinya di restoran hotel.”
Taeyong mengangguk. Mungkin restoran hotel Jaehyun buka 24 jam. Beberapa restoran di hotel atau bandara memang tidak pernah tutup kan?
“Aku banyak kerjaan yang harus diselesaikan sebelum keluar kota, jadi tolong..” Jaehyun mendekati wajah Taeyong. “...suapi aku.”
Tbc
[2021.08.04 19:50]
🏢
KAMU SEDANG MEMBACA
I WANT YOU SO BAD [JaeYong]
General FictionEntah kenapa Jaehyun si direktur tampan sangat "menginginkan" cleaning service bernama Taeyong yang masih 18 tahun untuk "memuaskannya". [START POSTED 21.01.27]
![I WANT YOU SO BAD [JaeYong]](https://img.wattpad.com/cover/257435318-64-k341977.jpg)