Pipiku masih berderai air mata bahkan setelah kepergian tabib. Sakit sekali rasanya setelah diplitek dengan kejam.
"Sesakit itu?"
Aku menatap Dante sebal. "Menurut kamu?!" balasku ngegas, berhasil membuat Dante terkejut.
Dante duduk di pinggir kasur, menelengkan kepala sembari menatapku lurus. Mendadak, tangannya terulur untuk hinggap di dahiku. "Tidak demam, tapi sikapmu aneh sekali."
Aku menyingkirkan tangannya. "Aku sudah bilang, jangan sok manis! Pantas Yakira terbawa perasaan! Dasar buaya!" Tunggu. Bagaimanapun juga, aku yang telah menciptakan karakter Dante. Aku berdeham guna mencairkan suasana. "Intinya, jangan terlalu baik denganku."
"Bukannya wajar? Kamu tunanganku."
Darahku kembali mendidih. "Hanya status, kan?" kataku ketus.
Dante diam sejenak. "Kamu bisa menginap di sini. Besok aku akan meminta orang untuk mengantarmu kembali. Mau makan sesuatu?" Cih, bahkan ia tidak membalas ucapanku.
"Nope. Leave me alone."
*
Aku dibuat kalang kabut saat sadar kalau aku masih terjebak di dunia yang sama. Sial. Kenapa aku belum juga kembali?!
"Selamat pagi, Non—"
Aku langsung menerobos keluar begitu pintu dibuka oleh pelayan. Ngilu di kaki tidak kuacuhkan. Aku tidak tahu harus ke mana, tapi pikiranku terus menyerukan untuk segera pergi dari sini.
Menuruni tangga, ujung gaun tidurku malah tersangkut hingga sobek, tapi saat ini betul-betul tidak ada waktu untuk kembali ke kamar dan berganti pakaian.
"Nona, mau ke mana?"
"Nona Yakira, jangan berlari."
"Nona .."
Persetan.
Aku tiba di area danau. Kalau menurut film yang pernah kutonton, orang yang terjebak di dunia lain harus mati dulu agar bisa kembali. Mungkinkah kasusnya sama? Tapi bagaimana kalau aku betulan mati?!
Tapi sepertinya mati di danau lebih baik daripada mati di tangan Dante.
Memantapkan tekad, aku menyeret kaki untuk memasuki danau. Air mulai menyergap tubuhku, perlahan-lahan semakin dalam dan menyesakkan. Tiba di mana kepalaku sudah ikut tenggelam hingga tidak ada lagi oksigen yang bisa dihirup.
Dua puluh detik.
Tidak. Aku harus bisa bertahan.
Apakah aku berimajinasi atau memang ada yang menarik paksa pinggangku saat ini? Rasanya seperti dipeluk dari belakang. Lalu dalam detik-detik yang kuingat, oksigen kembali memenuhi paru-paruku.
"Are you crazy?!" Napasku masih tidak beraturan, jadi tidak bisa membalas seruan marah Dante saat ini.
Dante membawaku ke daratan, menekan-nekan dadaku cepat hingga akhirnya cairan yang sempat masuk ke hidungku keluar diiringi batuk-batuk hiperbolis.
"Apa yang kamu pikirkan, hah?!" Aku memaksa diri untuk berdiri sekalipun masih lemas, menjaga jarak dari kemurkaan Dante. "Kamu mau mati?!" Di saat-saat begini, sepertinya sisi aslinya muncul.
"Lebih baik begini daripada mati dibunuh," gumamku pelan.
"Siapa yang mau membunuhmu?! Katakan dengan jelas!"
ELO!
Pandangan Dante jatuh pada gaunku yang sudah tidak jelas bentuknya. Ia membuang napas tajam. "SEMUANYA, BERBALIK!" Dante berseru keras. Semua pengawal yang mengikutinya langsung menurut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Interlude; The Untold
Fantasy[TIDAK UNTUK DITERBITKAN] Semua yang ditulisnya nyata. Dan Nousha tertarik masuk ke dalam dunia hasil karangannya sendiri, menempati tubuh tokoh antagonis dengan akhir tragis. © porknoodle