Aku pernah mendengar soal tanaman mematikan itu. Hemlock, tanaman mematikan yang sering digunakan sebagai alat eksekusi pada jaman Yunani kuno.
Tubuhku yang mendadak oleng ditahan oleh Dante.
"Are you okay?"
Aku menggeleng, meremas kepala yang berdenyut. Satu-satunya hal yang pernah kulakukan untuk menguras otak adalah menyusun plot cerita, bukan memecahkan kasus Sherlock Holmes begini.
"Stress, anjing," umpatku pelan.
"Akhirnya bahasa aslimu keluar juga."
Aku menengadah. "Kapan kamu akan kembali ke istana? Tidak mungkin kamu terus-terusan di sini sampai penjahatnya tertangkap, kan?"
"Aku sudah mengirim Agas kembali ke istana untuk mengurus perkara darurat, jadi tidak masalah jika aku menetap lebih lama lagi."
Sebetulnya keberadaan Dante di sini membuatku sedikit lebih tenang. Aku tidak merasa sendiri dan memiliki sosok yang dapat diandalkan. Namun kenapa otakku denial sekali, sih?!
"Oh, baiklah." Aku menjatuhkan diri ke atas kursi. "Kemarin aku sudah menginterogasi seluruh pelayan di kastil, tapi mereka semua memiliki alibi yang kuat."
"Hemlock biasanya tumbuh pada lahan basah, seperti pada padang rumput yang berair atau di sepanjang tepi sungai. Tidak ada satu pun kawasan di Cwalika yang memiliki ciri-ciri seperti itu. Pelakunya pasti tidak bekerja seorang diri."
"Tapi kenapa? Kenapa Ayah dijadikan target?" Setelah kupikirkan berulang kali, semuanya tetap tidak masuk akal. Ya, Ayah memang memiliki kedudukan penting, tapi tidak ada alasan untuknya memiliki pembenci. Kalau kasusnya aku yang diracun, mungkin akan lebih mudah dimengerti.
Dante menjatuhkan diri di seberangku. "Saat ini, ayahmu merupakan orang yang memiliki pengaruh terbesar di kerajaan, juga secara terang-terangan menunjukkan dukungannya untukku dan segenap keluarga kerajaan. Jika dia dilumpuhkan, kerajaan akan jomplang dan kacau. Kemungkinan besar pelaku merupakan pembelot yang ingin menjatuhkan kekuasaan Raja."
Aku menggigit bibir kuat. Jalan cerita semakin kacau. Aku sudah tidak bisa menebak apa yang akan terjadi selanjutnya. Dan kalau aku sudah tidak berguna bagi Dante, artinya hidupku tidak lagi bermakna di matanya, kan?
"Tidak perlu khawatir. Aku akan mengurus semuanya. Untuk sementara, kamu boleh tinggal di sini untuk merawat Tuan Wisesa."
"Aku rasa aku telah kehilangan kemampuan itu—meramal masa depan. Ini semua betul-betul di luar ekspektasi," kataku sembari menunduk dalam. "Aku tidak bisa membantumu lagi."
Cukup lama keheningan merambat hingga akhirnya suara Dante terdengar. "Aku bisa membantu diriku sendiri. I have myself and that's enough."
"Tapi itu berarti tidak ada alasan lagi untuk kamu mempertahankanku."
"Kamu adalah tunanganku, calon ratu Aptanta. Jika kamu seingin itu kabur, cobalah keluar dari sana, dengan cara apa pun aku tidak peduli." Dante mengulurkan tangan untuk menyelipkan sejumput rambutku ke belakang telinga. Terlihat romantis mungkin, tapi aku dapat mendeteksi ancaman tersirat. "Aku tidak peduli siapa kamu, tapi raga yang kamu tempati adalah milikku. Akan selalu begitu." Suaranya rendah dan santai, tapi menyiratkan ketegasan yang tidak boleh dibantah.
Aku merinding sekaligus kesal. Bagaimanapun, ia tetaplah Galadante, pria paling otoriter dan ambisius. Aku harus membuat Dante jatuh hati pada Ilse secepatnya.
*
Pagi-pagi buta, aku dibangunkan oleh ketukan bar-bar pada pintu kamar. Aku sontak bangkit dari kasur, mengucek mata dan bergegas menuju pintu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Interlude; The Untold
Fantasy[TIDAK UNTUK DITERBITKAN] Semua yang ditulisnya nyata. Dan Nousha tertarik masuk ke dalam dunia hasil karangannya sendiri, menempati tubuh tokoh antagonis dengan akhir tragis. © porknoodle