x. d-day

52.2K 7.4K 93
                                    

Selama menjalani masa hukuman, aku diwajibkan tinggal di mess khusus pelayan. Untungnya aku Nousha yang sudah terbiasa hidup serba sederhana, bukan Yakira yang dilimpahi kemewahan sejak kecil. Yang menjadi masalah adalah biang recok menyebalkan alias Galadante Loka Agrapana. Ia seperti memiliki kesenangan sendiri dalam perkara menyusahkanku. Seperti saat ini.

"Apa lagi, Pangeran Yang Terhormat?" tanyaku dongkol. Ini sudah keempat kalinya dalam sehari Dante memanggilku dan permintaannya selalu tidak masuk akal.

"Kamu tidak lihat? Kasurku berantakan."

Aku melirik ke arah kasur yang ia maksud, menghela napas tajam sebelum beringsut mendekat dan merapikannya. "Aku baru tahu seorang pangeran memiliki waktu seluang ini."

"Ya, karena itu aku. Semua pekerjaan dapat kuselesaikan dengan mudah dan cepat."

"Bilang saja kamu senang melihatku susah," gumamku samar sembari membetulkan letak bantal.

"Seragam pelayan terlihat cocok untukmu."

"Jadi maksudmu, tampangku cocok menjadi pembantu, begitu?" ujarku tersinggung sembari berjalan mendekat ke arahnya.

"Aku hanya berkata kalau kamu terlihat cantik dengan pakaian apa pun."

Eh? Sejak kapan Dante jago ngegombal? Aku menyelipkan sejumput rambut ke belakang telinga, buru-buru mengalihkan mata. "Sudah selesai."

Dante melirik kasurnya, tersenyum kecil. "Apa lagi yang belum kamu kerjakan hari ini?"

Aku memutar bola mata. "Thanks to you, Pangeran. Membersihkan kolam sebesar gaban, menanam biji bunga seperti orang gila, mengganti seluruh gorden istana, dan sekarang hal sesepele merapikan kasur. Great job, Galadante. Kamu memang sangat cocok menjadi raja," sarkasku di akhir kalimat.

"Aku sengaja melakukan itu."

"Kamu membuatnya terlihat jelas."

"Karena ada hal yang lebih penting."

"Hm?"

"Acara dansa. Bukankah acara itu sangat penting bagimu?"

Mataku melebar, berikut tangan yang secara dramatis terarah ke mulut. "Hari ini?!" Bagaimana bisa aku lupa?! "Tapi apa hubungannya dengan perintah tidak masuk akalmu hari ini?"

"Teknisnya, saat ini kamu bukan lagi seorang putri adipati yang dihormati. You're just a mere servant. Dan seorang pelayan tidak mungkin diundang ke pesta ulang tahun seorang raja. Aku yang bertanggung jawab atas hukumanmu, jadi aku mencari alternatif agar pengadilan istana setuju untuk memberi kelonggaran untukmu khusus hari ini."

"Dengan menyiksaku?"

"Kasarnya begitu."

Aku berdecih, tapi cukup terharu dengan tindakan Dante. Rupanya ia masih ingat soal betapa pentingnya acara dansa itu untukku. "Ah, gaun! Hari itu aku lupa membeli gaun karena bertemu Andel. Bagaimana ini?"

"Kamu bisa kembali ke Istana Soma setelah ini. Aku telah menyiapkan semuanya. Mungkin bukan gaun terbaik karena aku tidak tahu seleramu seperti apa, tapi setidaknya kamu tidak akan terlihat memalukan malam ini."

"Wah." Aku berdecak sembari menggelengkan kepala. "Aku tidak tahu kamu bisa sebaik ini."

"Aku melakukannya demi diriku sendiri. Kamu bilang hari ini akan menjadi momen penting untuk hidupku ke depannya. Aku tidak mau merusak kesempatan yang ada."

Aku mencebikkan bibir, menonjok bahunya pelan. "Tenang, tenang. Serahkan semua perkara kepada Nousha Auristela. Kamu hanya perlu duduk manis dan jangan lupa memperlakukan Ilse dengan baik nanti."

Interlude; The UntoldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang