xxxvix. forgotten

24.4K 3.7K 188
                                    

"Who are you?"

Deg.

Ya, aku sudah menyiapkan hati jika Dante benar-benar melupakan segala kenangan indahnya denganku—Nousha Auristela. Namun aku sama sekali tidak menduga jika ia akan melupakan Yakira Tazanna sepenuhnya.

Aku langsung mengeratkan selimut untuk menutupi tubuhku yang masih polos, sementara Dante sudah mengenakan pakaiannya dan kini mengarahkan ujung pedang tepat di leherku. "Jawab saya! Apa yang terjadi semalam? Kenapa kita bisa tidur bersama?"

"A-aku .. istri kamu," jawabku gugup. "Yakira Tazanna, putri Adipati Wisesa, temanmu dari kecil."

"Putri Adipati Wisesa?" Ia masih terlihat bingung. "Pakai bajumu. Saya tidak bisa memercayai ucapan wanita asing begitu saja."

Ouch. Wanita asing katanya.

Dante menunggu di luar kamar dan aku langsung memakai apa pun yang tergapai oleh tanganku. Begitu aku melangkah keluar, ia langsung 'menyeretku' menemui Agas.

"Anda telah resmi menikah dengan Ratu Yakira setelah kematian Raja Ekata, Yang Mulia."

Jawaban Agas semakin memperdalam kerutan dalam kening Dante. "Tapi kenapa aku tidak bisa mengingat wanita ini?"

"Mungkin ini bisa membantu Anda mengerti." Aku ikut melongokkan kepala begitu Agas menyerahkan secarik kertas yang telah dilipat rapi kepada Dante. "Ini surat yang Anda titipkan kepada saya sebelum Anda pergi kemarin malam. Anda memerintahkan saya untuk mengembalikannya begitu matahari terbit."

Dante menerima surat tersebut, membacanya dalam diam. "Konyol sekali."

Aku menggigit bibir, menahan tangis. "Aku akan membantumu untuk mengingatku secara perlahan."

Saat tatapan dingin Dante menghunusku, aku dibuat menegang. "Tidak perlu. Aku lebih suka diriku yang seperti ini sehingga aku tidak perlu lagi mengambil tindakan bodoh hanya karena seorang wanita." Air mataku berhasil lolos, padahal aku sudah meneguhkan hati untuk tidak menangis. Sial. Ini bahkan baru hari pertama. "Jangan menangis di depanku. Aku membenci orang lemah."

"Brengsek," dengusku sembari mengusap pipi cepat.

"Jaga kata-katamu di depan seorang raja. Hanya karena kamu merupakan istriku, tidak berarti kamu memiliki hak untuk bersikap kurang ajar."

Aku mengepalkan tangan kuat. "Aku memang selalu seperti ini! Aku tokoh antagonisnya!" seruku asal saking kesalnya.

"Yang Mulia, Nona Ilse berniat menemui Anda."

"Apa? Ilse?" kataku cepat, menatap Dante menuntut jawaban. "Sejak kapan Ilse berada di sini?"

"Tentu saja semenjak aku mengangkatnya sebagai selir." Jawaban enteng Dante membuat darahku semakin mendidih.

"Kamu mengangkat seorang selir tanpa izinku?!"

"Aku yang berkuasa di sini. Untuk apa aku meminta izin darimu?" Sebelum aku sempat memberi balasan, Dante sudah lebih dulu berlalu dari hadapanku.

Laki-laki sialan.

*

Aku mencoba mengingat-ingat detik sebelum aku jatuh tidak sadarkan diri. Menurut Dante, aku dikutuk oleh ilmu hitam. Tapi kenapa aku tidak bisa mengingat apa-apa?

"Hei." Aku nyaris menabrak dada seseorang kalau saja suara itu tidak kudengar. Aku mengangkat wajah, langsung dibuat tersenyum lebar begitu menemukan satu sosok yang juga sangat kurindukan.

Interlude; The UntoldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang