Setelah menghabiskan makanan dengan rakus, aku langsung menenggak segelas air putih. Saking buru-burunya, aku malah tersedak dan berakhir batuk-batuk.
Dante menggelengkan kepala, menatapku seolah aku ini alien nyasar. Ia beranjak dari tempatnya, beralih ke belakang kursi tempatku duduk. Tadinya aku sudah was-was, berniat mengindar, tapi ia malah menahan kedua bahuku, lantas menepuk-nepuk punggungku pelan.
"Ceroboh."
"Komentar yang sangat berguna, Pangeran," balasku sinis setelah batukku mereda.
Dante kembali ke tempatnya. "Apa kamu sudah mendapatkan kewarasanmu lagi?"
"Apa?"
"Kamu akhirnya memanggilku 'pangeran' setelah dua hari ini lancang menyebut namaku."
"Oh. Baiklah. Aku akan memanggilmu seperti dulu kalau itu mau kamu."
Dante mengusap pinggir bibirnya dengan serbet, tersenyum kecil. "Tapi 'Dante' juga tidak masalah. Bagaimanapun, kamu adalah tunanganku."
Ada apa dengan orang ini?! Kenapa jadi hobi sekali mengungkit status kami? Padahal setahuku, Dante sangat ingin memutus hubungan dengan Yaki, tapi kenapa yang terjadi sekarang malah kebalikannya? Apa karena aku ada salah bicara? Sial. Terkutuklah kau, Nousha!
"Apa yang kamu pikirkan? Kenapa komat-kamit seperti itu?"
Aku cemberut. "Aku tidak mau pergi ke acara dansa."
"Kenapa? Kakimu masih sakit?"
Aku mengangguk. "Tidak apa-apa, kan?"
"Sayang sekali. Ayah sangat ingin bertemu denganmu. Selain itu, keluarga Tjendrapata akan hadir. Lagipula, acara dansa masih dua minggu lagi. Aku yakin ramuan dari tabib kerajaan akan bekerja dengan cepat."
Tjendrapata. Aku tahu nama ini. Gardaze Tjendrapata, sahabat baik Yakira dari kecil. Ia tinggal di Labda yang bernotabene sangat jauh dari lokasi istana. Ayahnya adalah seorang duke atau adipati, sama seperti ayah Yaki. Sedikit informasi, Garda memendam perasaan berlebih pada Yaki. Nantinya, laki-laki itu akan mati demi melindungi Yaki dari cengkeraman Dante, tapi sayangnya, gadis yang ia puja itu tetap berakhir mengenaskan.
Aku menggeleng cepat begitu bayang-bayang kematian kembali lewat di kepala.
Tapi ini adalah kesempatan emas. Aku bisa meminta bantuan Garda untuk melancarkan rencanaku.
"Aku akan datang kalau begitu," ujarku semangat empat-lima.
Dante mendengus. "Apa aku harus menggunakan laki-laki lain sebagai alasan untuk kamu ikut?"
"Cemburu?"
"Not at all. Gardaze bukan tandinganku." Cih. Sombong sekali. "Aku dengar dari Agas, ingatanmu sedikit bermasalah karena kecelakaan tempo hari. Melihat kamu bersikap aneh seperti ini, aku tidak terkejut. Jadi bagaimana kalau kita keluar sebentar untuk membantu pemulihan?"
"No, thanks," tolakku tanpa berpikir dua kali. "Aku mau beristirahat."
Lagi-lagi, senyum menyebalkan itu. "Padahal aku ingin mengajakmu tanding berkuda. Biasanya kamu selalu semangat untuk mengalahkanku."
Berkuda adalah salah satu hobi sekaligus keahlian Yaki. Catat, Yakira, bukan Nousha. Aku di kehidupan nyata tidak pernah yang namanya mengendarai kuda. Mentok-mentok naik delman di Malioboro, Jogja.
Aku berdeham samar. "Aku masih tidak enak badan."
"Bukannya takut?" katanya mengejek.
Hei, ke mana sosok Dante yang jaim dan cenderung menjaga jarak di depan Yakira? Apa jangan-jangan .. ia mencurigaiku?
KAMU SEDANG MEMBACA
Interlude; The Untold
Fantasy[TIDAK UNTUK DITERBITKAN] Semua yang ditulisnya nyata. Dan Nousha tertarik masuk ke dalam dunia hasil karangannya sendiri, menempati tubuh tokoh antagonis dengan akhir tragis. © porknoodle