IN ANOTHER WORLD,
WHERE HAPPY ENDING IS
THEIRS TO HOLD· • —– ٠ ✤ ٠ —– • ·
"Aku harap dia mewarisi matamu, Nou."
Nou menoleh, terkejut dengan pernyataan tiba-tiba suaminya. "Kenapa begitu?"
Dante melarikan hidungnya di antara helai-helai lembut Nousha. "Agar aku bisa melihat lebih banyak bintang."
"Dasar," cibir Nou, tersenyum kecil begitu tangan Dante bermain di perutnya. "Kira-kira, apa jenis kelaminnya, ya?"
Kali ini bibir Dante sibuk mengecupi wajah Nousha, membuat wanita itu berdecak sebal. "Aku tidak peduli. Apa pun jenis kelaminnya, dia akan tetap menjadi matahari kecilku."
Nou membuka mulut, menerima sodoran buah anggur dari Dante. Namun ia tidak sempat menelan buah itu lantaran perutnya sudah lebih dulu bergejolak mual.
Sigap, Dante menggendong tubuh Nou, membawa istrinya kembali ke kamar untuk beristirahat. "Aku sudah bilang—"
Nou mengapit bibir Dante dengan jari. "Aku tidak ingin mendengar omelanmu hari ini, Yang Mulia."
Dante merebahkan sisi kepalanya di atas perut Nou, merasakan pergerakan janin di dalam sana. "I can feel its heartbeat." Senyum sang raja merekah cerah. "Sejujurnya, Nou, aku sangat gugup. Bagaimana kalau aku tidak bisa menjadi ayah yang baik?"
Nou melarikan jemarinya untuk berselancar di surai indah Dante. "You'll be a good father, Dante."
*
"Selamat, Yang Mulia. Anda memiliki sepasang bayi kembar—seorang laki-laki dan perempuan." Sang bidan menyerahkan salah satu bayi ke lengan Dante. "Anda sudah memikirkan nama untuk Tuan Putri dan Pangeran?"
Mata Dante berair. Ia menatap peri kecil dalam gendongannya lama. "Sagara dan Sekara." Sang raja menghampiri istrinya yang kini disimbahi keringat dan air mata. Dante menunduk, menjatuhkan kecupan lama di dahi wanita itu. Air matanya jatuh mengenai kelopak mata Nou. "Terima kasih, Nousha."
*
"Sudah tahu kesalahanmu?" Yang ditatap hanya memberi sorot datar. Dante membuang napas pelan. berjongkok di depan sang putra. "Saga, Ayah bertanya."
"Anjing itu menggigit Kara, Ayah."
Dante melirik Nou yang kini tengah merangkul Kara, memberi tatapan tak terbaca. "Saga, menyakiti makhluk hidup—apa pun alasannya—tidak dapat dibenarkan. Berjanji pada Ayah untuk tidak tidak mengulanginya lagi, ya?"
Ia sudah sepakat dengan Nou untuk tidak pernah mendidik anak-anak mereka menggunakan segala jenis kekerasan.
"Tapi, Ayah bilang, aku harus selalu melindungi Kara."
Kali ini gantian, Nou yang berhadapan dengan anak sulungnya. "Saga menyayangi Kara?" Saga mengangguk kaku. "Kara tidak suka kekerasan. Jadi, Saga harus berjanji untuk tidak melukai orang lain—atau makhluk hidup jenis apa pun—demi Kara, ya?"
Lagi, Saga mengangguk.
Dante mengembuskan napas samar, melepas kalung berbandul matahari untuk ia pakaikan pada leher Saga. "Ini artinya mata Dewa akan selalu mengawasi kamu. Saga tahu, kan, Dewa tidak suka anak nakal?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Interlude; The Untold
Fantasy[TIDAK UNTUK DITERBITKAN] Semua yang ditulisnya nyata. Dan Nousha tertarik masuk ke dalam dunia hasil karangannya sendiri, menempati tubuh tokoh antagonis dengan akhir tragis. © porknoodle