xxiii. disaster

33.9K 4.7K 117
                                    

Aku bertepuk tangan kegirangan begitu melihat penampilan baru Gaz saat ini. Rambut indahnya sudah terbebas dari minyak dan ketombe menjijikan. Kulit wajahnya mengkilat seperti porselen di museum. Aku mengendus, menangkap wangi menyegarkan dari tubuhnya.

"Nah, sekarang aku akan memberikan beberapa tips agar kamu tidak terlihat terlalu cupu." Aku berdeham sekali, mengarahkan tangan untuk mencengkeram kedua lengannya. "Tegakkan punggungmu, Cupu. Mana ada keluarga kerajaan yang bungkuk dan terlihat lesu sepertimu?"

Gaz mengikuti instruksiku dengan raut seriusnya. "Apa sudah cukup?" tanyanya gugup.

Aku melihatnya dengan tatapan sok menilai, mengangguk puas. "Sebentar lagi gelap. Kembalilah ke kamarmu."

"Terima—"

"Berhenti berterima kasih. Aku melakukannya karena bosan."

Gaz tersenyum tipis. "Kalau begitu, saya akan kembali."

Aku mengangguk, memberi gestur agar ia bergerak cepat. Setelah kepergian Gaz, aku baru membalik tubuh hanya untuk dibuat memekik kaget karena kehadiran seseorang.

"Sejak kapan kamu di sini?!" Aku memelototi Nyx.

Nyx mengedikkan bahu cuek sembari menggigit apel di tangan. "Kamu terlihat dekat dengan orang itu."

"Orang itu? Dia adalah kakakmu."

"Hanya karena di dia memiliki darah Agrapana tidak lantas membuatnya layak disebut bagian dari keluarga kerajaan."

"You're rude, Young Man." Aku melipat tangan di depan dada. "Bagaimanapun, dia tetap saudara kandung Dante—orang nomor satu di Aptanta. Jadi jaga ucapanmu, Leander Nyx."

"Cepat atau lambat Dante akan membunuhnya. Haruskah aku bersikap baik sebelum dia mati?"

"I'm afraid it's not gonna happen," balasku tidak mau kalah. "Aku akan mengubah takdir untuknya."

Nyx tertawa meledek. "Bahkan dewa saja tidak bisa membantunya, Kakak Ipar. Dan kamu, kamu bahkan tidak bisa melindungi diri sendiri dengan baik, apalagi melindungi orang lain?"

"Just watch and see," kataku sinis sebelum berancang-ancang pergi, tapi lenganku malah ditahan oleh Nyx. "Apa lagi?"

"Jangan gegabah. Karena kalau bukan Dante yang menghabisi nyawanya, aku yang akan bertindak."

Aku menyentak cengkeraman Nyx hingga terlepas. "Apa masalah kamu sebenarnya? Kenapa sebenci itu dengan si Cupu?"

Nyx maju selangkah, memandangku serius dengan sorot elangnya. Ini pertama kalinya Nyx terlihat .. marah. Aku sontak mundur dan bersikap defensif. "Aku sudah pernah bilang, jangan melakukan apa pun yang bisa membahayakan posisi Dante. Kamu pikir kehadiran orang itu tidak akan berimbas terhadap kedudukan Dante sebagai raja?"

"Gaz tidak ada niatan sedikit pun merebut posisi Dante. Dia bahkan kesusahan untuk menatap lawan bicaranya! Aku hanya ingin dia mendapatkan hak yang seharusnya dia miliki."

"Siapa yang peduli soal keadilan, Kakak Ipar?" Nyx tersenyum mencemooh. "Aku memperingatimu. Kalau kamu seingin itu melihat Dante mendapat akhir yang bahagia, jangan membuat ulah."

Lalu si Bocah Setan pergi begitu saja.

*

Kondisi di barak terlihat tegang dan mendebarkan. Agas menyorot para prajurit di bawah didikannya secara saksama. Ia baru mendapat perintah dari Raja untuk menyiapkan regu Aswantama. Sasaran mereka adalah pasar malam di Kota Bana, di mana seorang pengemis mengaku melihat penampakan mendiang ratu yang seharusnya sudah meninggal puluhan tahun lalu.

Interlude; The UntoldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang