Dante tidak bodoh. Ia tahu betul, Mirai sengaja memunculkan diri di publik agar tidak ada yang bisa menyentuhnya. Ditambah rumor murahan yang telah disebar Mirai, sedikit saja salah langkah akan membuat Dante jatuh ke jurang.
Kini seluruh rakyat mempertanyakan kejujuran kerajaan. Rapat darurat yang mengundang seluruh petinggi negeri terpaksa diadakan.
Kedua tangan Yaki bertaut gelisah, sementara Dante duduk di sampingnya dengan segala ketenangan yang ia miliki.
"Apa rumor yang beredar benar adanya, Yang Mulia?"
"Jadi selama ini kita telah dibohongi oleh mendiang Raja Ekata?"
"Apa betul Yang Mulia memiliki saudara kembar?"
Bukan hanya Yaki yang terlonjak kaget begitu permukaan meja dipukul keras oleh Dante. "Begini sikap kalian di depan seorang raja?"
"Maaf, Yang Mulia."
Dante berdiri dari singgasananya, menatap satu per satu adipati yang hadir, juga anggota parlemen di sisi lain ruangan. "Jika kalian bertanya-tanya, apa ayah saya telah membohongi seluruh rakyat? Jawabannya, benar." Melihat ricuh yang tercipta, Dante kembali berucap. "Begitu juga kepada saya. Saya baru mengetahui kebenarannya tepat sebelum beliau wafat."
Para tamu masih terlihat skeptis.
"Saat saya dan saudara kembar—yang akhir-akhir ini baru saya ketahui eksistensinya—lahir, Mirai Lyroza Chedana berniat membunuh kami berdua karena dendam yang dia miliki. Wanita jahat itu berniat menghapus seluruh garis keturunan Aptanta." Yaki menatap Dante dari kejauhan, tidak menyangka ia akan mengakui Gaz di depan orang-orang penting Aptanta. "Tentu saja ayah saya marah besar. Namun Mirai berhasil kabur dengan membawa salah satu dari kami, menjadikan anak malang itu sebagai sandera."
"Anda tidak memiliki bukti. Bagaimana kami bisa percaya kalau cerita Anda barusan bukan hanya sekedar karangan?" Pandangan Yaki tertumbuk ke satu arah, menemukan Garda sebagai oknum yang baru saja melontarkan pertanyaan. Anggukan kompak dari segala arah menyambut.
"Biarkan kami melihat saudara kembar Anda, Yang Mulia."
"Rumor mengatakan bahwa Anda sengaja mengurungnya di istana agar tidak ada yang mengetahui identitasnya karena takut posisi Anda sebagai raja direbut."
Dante terkekeh pelan. "Direbut? Jangan konyol."
Di saat-saat seperti ini, Yaki sangat berharap Gaz bisa muncul dan mengatakan bahwa semua rumor itu palsu. Namun itu terlalu beresiko. Iblis yang bersemayam di tubuh Gaz bisa muncul sewaktu-waktu.
"Baiklah. Aku akan memanggilnya kalau itu keinginan kalian."
Mata Yaki melebar. Apa Dante sudah gila?
"Ladies and gentlemen, let me introduce you to the long-lost-prince of Aptanta. Gazka Abednego Loka Agrapana."
*
3 jam sebelumnya ..
"Kamu berjalan terlalu lambat, Cupu." Dante terpaksa harus menarik tangan Gaz dan sedikit menyeretnya. "Kita tidak memiliki banyak waktu."
Hari masih subuh. Matahari bahkan belum menunjukkan sedikit pun cahayanya.
Gaz mengikuti dengan langkah terseok. "Yang Mulia akan membawa saya ke mana?" Pikiran bahwa Dante memilih hari ini sebagai hari eksekusi berhasil membuat Gaz sedikit berdebar.
Dante menyelundupkan Gaz ke dalam kereta kuda setelah memakaikan jubah kebesaran yang menutupi hingga kepala. Dante ikut duduk di sebelah Gaz setelahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Interlude; The Untold
Fantasy[TIDAK UNTUK DITERBITKAN] Semua yang ditulisnya nyata. Dan Nousha tertarik masuk ke dalam dunia hasil karangannya sendiri, menempati tubuh tokoh antagonis dengan akhir tragis. © porknoodle